Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki masih terus melakukan pertemuan dengan banyak pihak terkait pengembangan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).
Kali ini Menteri Teten menerima kunjungan ekonom dan peneliti dari Institute for Development for Economics and Finance (INDEF) terkait peningkatan peran pemerintah untuk menjadikan Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (KUMKM) sebagai basis perekonomian nasional.
Direktur Eksekutif INDEF Taufik Achmad mengatakan peran pemerintah sangat vital. Tak hanya sekedar jadi regulator, motivator, fasilitator atau marketing, tapi dibutuhkan campur tangan yang lebih dari pemerintah membuat KUMKM sebagai juru selamat perekonomian nasional.
“Kami dari INDEF dan pak Menteri mendiskusikan berbagai hal terkait koperasi dan UMKM mulai dari kelembagaan, SDM, pendanaan, bagaimana membuat mainstream dilingkup kemenkop jalan dan implementatif,” katanya di Jakarta, Selasa (26/11/2019).
Dia menuturkan KUMKM harus jadi bagian dari siklus perekonomian dunia sehingga mau tak mau KUMKM harus naik kelas, go digital dan memprioritaskan usaha-usaha yang menjanjikan misalnya industri kerajinan bambu atau alat pertanian.
Peneliti INDEF Bhima Yudhistira menambahkan, Indonesia bisa belajar dari UMKM India maupun China yang mampu menjadi basis perekonomian negara masing-masing.
Di saat perang dagang yang terjadi antar AS dan China sehingga mempengaruhi situasi ekonomi global menjadi tidak stabil, beberapa negara malah mendapat keuntungan.
“India itu luar biasa ada perang dagang dia happy, karena ada relokasi peran jasa dan produksi China ke India. Bagi Indonesia, adanya perang dagang tersebut sebenarnya tidak terlalu berpengaruh karena ekonomi Indonesia saat lebih ditopang oleh konsumsi rumah tangga, di mana 57% pertumbuhan ekonominya ditunjang konsumsi rumah tangga,” tuturnya.
Menurut ia, situasi perang dagang sebenarnya bisa dimanfaatkan oleh Indonesia. Sektor industri yang dinilai terdampak adanya perang dagang ternyata kalau dilihat tiap-tiap segmennya justru ada yang mengalami peningkatan yang sangat pesat. Hal itu justru terjadi pada segmen-segmen yang bisa digarap UMKM.
“UMKM produksi sarung tangan di Bandung kenaikan bisa sampai 200% sejak perang dagang. Itu karena pemain golf di AS mengalihkan pada sarung tangan Indonesia yang biaya masuknya lebih murah,” ujarnya.
Begitu pula dengan segmen produksi pakaian yang menurutnya terus mengalami peningkatan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), industri pakaian pada 2018 mengalami peningkatan 19% dan trennya terus meningkat dari tahun ke tahun.
Peluang-peluang tersebut menurutnya penting untuk dimanfaatkan KUMKM. Di era keterbukaan komunikasi dan informasi, KUMKM harus bisa kreatif untuk meningkatkan kapasitas produksi dan memanfaatkan peluang pasar baik domestik maupun internasional.