Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dengan Penghematan Energi, China Berpotensi Jadi Negara Termaju pada 2050

Tingkat tabungan dan investasi yang tinggi di negara ini memungkinkan pengeluaran yang diperlukan untuk memenuhi kedua tujuan tersebut, menurut laporan oleh The Energy Transitions Commission (ETC), koalisi eksekutif global dari seluruh lanskap energi yang berkomitmen pada perjanjian iklim Paris.
Yuan/Bloomberg
Yuan/Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - China dapat menjadi ekonomi yang sepenuhnya maju dan tidak menghasilkan emisi karbon apa pun pada pertengahan abad ini.

Tingkat tabungan dan investasi yang tinggi di negara ini memungkinkan pengeluaran yang diperlukan untuk memenuhi kedua tujuan tersebut, menurut laporan oleh The Energy Transitions Commission (ETC), koalisi eksekutif global dari seluruh lanskap energi yang berkomitmen pada perjanjian iklim Paris.

Langkah China, sebagai ekonomi terbesar kedua, menuju target nol emisi sangat penting bagi dunia untuk melawan perubahan iklim.

Meskipun China telah menghabiskan lebih banyak uang daripada negara lain untuk energi bersih, negara ini masih merupakan konsumen terbesar batu bara, bahan bakar fosil paling kotor.

China juga diperkirakan memiliki kapasitas tenaga batu bara yang sama dengan kapasitas energi 28 negara anggota Uni Eropa.

"Bangsa ini dapat melipattigakan pertumbuhan ekonomi per kapita dan standar hidup sambil memotong permintaan energi final sebesar 27% pada 2050," tulis ETC, dalam laporan yang diterbitkan dengan Rocky Mountain Institute, dikutip melalui Bloomberg, Senin (25/11/2019).

Untuk mencapai target ini, dibutuhkan langkah pengurangan penggunaan baja dan semen, penggunaan material seperti plastik, dan langkah-langkah efisiensi energi termasuk elektrifikasi transportasi.

CEO Rocky Mountain Institute (RMI) Jules Kortenhorst menyampaikan bahwa China memiliki keunggulan kelembagaan, keuangan, dan teknologi dari sumber daya terkonsentrasi untuk mencapai target besar.

Kemampuan yang membuatnya memiliki posisi yang baik untuk merangsang investasi jangka panjang dan skala besar setelah menetapkan tujuan strategis.

"Kelebihan ini akan membantu meletakkan dasar yang kuat bagi China untuk mengejar tujuan nol-karbon pada 2050 dan mendapatkan manfaat bagi ekonomi dan lingkungan," ujar Kortenhorst.

Total permintaan energi primer China bisa turun 45% dari hari ini hingga 2050 akibat dari berkurangnya energi yang hilang pada pembangkit listrik.

Target nol-emisi akan membutuhkan dekarbonisasi total pembangkit listrik dan perluasan penggunaan daya sekitar 15.000 terawatt-jam pada 2050.

Tahun lalu kenaikannya mencapai 7.000 terawatt-jam.

Hampir 70% dari pembangkit listrik akan menggunakan energi terbarukan seperti angin dan sinar matahari dengan dukungan fleksibilitas penyimpanan dan jaringan energi.

Sektor industri akan mengalami pengurangan paling signifikan dalam permintaan energi final sebesar 30%, tetapi pada saat yang sama akan terus berkontribusi pada 60% dari permintaan energi final.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nirmala Aninda
Editor : Achmad Aris

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper