Bisnis.com, SIGI – Wakil Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Jhon Wempi Wetipo menegaskan rekonstruksi Bendungan Irigasi Gumbasa sepanjang 30 kilometer di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, yang rusak saat bencana gempa bumi dan likuefaksi 2018 harus selesai paling lambat 2022.
"Paling lambat 2022. Kalau pun masih ada yang dikerjakan, hanya pekerjaan-pekerjaan kecil. Intinya, irigasi sudah harus mengairi semua lahan persawahan petani karena ini demi kesejahteraan mereka," ujarnya di sela-sela peninjauan rekonstruksi dan rehabilitasi Bendungan Irigasi Gumbasa di Desa Pandere, Kecamatan Gumbasa, Sigi, Senin (25/11/2019).
Dia menjelaskan rehabilitasi Bendungan Irigasi Gumbasa dilakukan dalam dua tahap. Tahap satu hingga akhir bulan depan dan tahap dua mulai awal tahun 2020 hingga 2022.
Irigasi tersebut sanggup mengairi 8.180 hektare lahan persawahan, bahkan hingga ke persawahan di Kelurahan Petobo, Kota Palu.
"Untuk tahap satu, Desember tahun ini Bendungan Irigasi Gumbasa sudah dapat mengairi 1.070 ha lahan persawahan. Sementara rehabilitasi tahap dua mulai awal 2020 dan akhir 2021, paling lambat 2022 sudah harus mengairi 7.110 ha sawah," ujarnya.
Instruksi tersebut sesuai dengan arahan Presiden Jokowi bahwa paling lambat 2022 proses rehabilitasi dan rekonstruksi oleh pemerintah pusat dan daerah di segala sektor terdampak bencana di tiga daerah terdampak gempa, tsunami, dan likuefaksi di Kota Palu, Kabupaten Sigi, dan Donggala harus tuntas.
Sementara itu, Kepala Balai Wilayah Sungai Sulawesi (BWSS) III, Ferianto Pawenrusi, mengatakan Irigasi Gumbasa yang direkonstruksi sepanjang tidak kurang 30 kilometer.
"Untuk tahap pertama panjang irigasi yang direkonstruksi enam kilometer yang tuntas Desember 2019 dan dapat mengairi 1.070 ha lahan persawahan petani. Sisanya di tahap dua sepanjang sekitar 24 kilometer mulai direkonstruksi awal 2020 hingga 2021," ujarnya.
Dia menerangkan debit air yang sanggup dikeluarkan Bendungan Irigasi Gumbasa tersebut sebanyak 12 meter kubik atau 12.000 liter per detik. "Satu pintu bendungan saja yang dibuka bisa menghasilkan 4 meter kubik atau 4.000 liter debit air."
Baru-baru ini, Direktur Irigasi dan Rawa, Ditjen SDA Kementerian PUPR Mochammad Mazid mengatakan daerah irigasi Gumbasa yang dibangun pada 1931 mulanya hanya berupa free intake dengan suplai air dari Sungai Gumbasa, kemudian oleh Departemen PU dibangun menjadi bendung permanen pada 1976.
Oleh karena pemanfaatannya sudah cukup lama. maka saat ini dilakukan rekonstruksi dan rehabilitasi yang terbagi dalam dua tahap. Tahap satu berupa rehabilitasi bendung dan saluran untuk areal pertanian seluas 1.070 hektare.
Kegiatan rekonstruksi dan rehabilitasi bendungan yang dibangun tahun 1931 itu meliputi perbaikan Intake, Gravel Trap, Sand Trap, Saluran Induk (7.168 m), Saluran Sekunder Ramba (996 m), Saluran Sekunder Kalawara (492,6 m), dan Saluran Sekunder Kalulu Lau (1.124,8 m), Saluran Pembuang Pandere (1.166 m), dan Saluran Pembuang Sibowi (1.500 m).
Sedangkan untuk tahap II akan difokuskan pada pekerjaan pembangunan saluran irigasi untuk melayani sekitar 7.100 ha area pertanian potensial.
Pekerjaan tahap pertama menelan biaya Rp152 miliar yang bersumber dari APBN dengan progres fisik sebesar 82 persen dan ditargetkan selesai pada Desember 2019.
Untuk tahap II, akan dilakukan Perencanaan Desain Teknis melalui Program ESP Loan ADB pada periode Desember 2019 hingga Agustus 2020. Sedangkan konstruksinya akan di mulai pada Mei 2020 dan ditargetkan selesai pada November 2021.
Daerah irigasi Gumbasa terletak di area lembah Palu yang memanjang dari kaki hulu Sungai Gumbasa mengalir hingga Sungai Kawatuna di Kota Palu. Secara administratif, daerah irigasi Gumbasa melayani lima kecamatan yang berada di Kabupaten Sigi dan Kota Palu yaitu, Kecamatan Gumbasa,Tanambulaya, Dolo, Sigi Biromaru dan Palu Selatan serta memiliki luas irigasi potensial 8.180 ha.