Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonomi Melambat, Prospek Bisnis Hong Kong Menjadi Lebih Buruk

Selama 5 bulan terakhir, Hong Kong dihadapi dengan tantangan bertubi-tubi mulai dari perlambatan perdagangan global, kerusuhan politik domestik, hingga sejumlah aksi kekerasan.
Pemimpin eksekutif Hong Kong Carrie Lam (kedua kanan) meninggalkan gedung Dewan Legislatif setelah batal menyampaikan pidato tahunan terkait kebijakan pemerintah setempat karena adanya protes yang dilancarkan anggota legislatif pro demokrasi, di Hong Kong, Rabu (16/10/2019)./Reuters-Tyrone Siu
Pemimpin eksekutif Hong Kong Carrie Lam (kedua kanan) meninggalkan gedung Dewan Legislatif setelah batal menyampaikan pidato tahunan terkait kebijakan pemerintah setempat karena adanya protes yang dilancarkan anggota legislatif pro demokrasi, di Hong Kong, Rabu (16/10/2019)./Reuters-Tyrone Siu

Bisnis.com, JAKARTA - Prospek bisnis Hong Kong terus menurun pada Oktober menunjukkan bahwa tidak akan ada peningkatan dari resesi dalam waktu dekat.

Selama 5 bulan terakhir, Hong Kong dihadapi dengan tantangan bertubi-tubi mulai dari perlambatan perdagangan global, kerusuhan politik domestik, hingga sejumlah aksi kekerasan.

Dilansir melalui Bloomberg, indeks manajer pembelian untuk ekonomi Hong Kong secara keseluruhan turun menjadi 39,3.

Menurut IHS Markit, yang menyurvei sekitar 400 perusahaan sektor swasta di kota tersebut, ini merupakan performa terburuk sejak krisis keuangan pada November 2008.

Di sisi lain, pembacaan output menunjukkan angka terendah menjadi 32,3, jauh di bawah level 50 yang memisahkan ekspansi dari kontraksi.

Ekonomi Hong Kong mengalami kontraksi yang curam pada kuartal ketiga tahun ini, di tengah aksi protes selama berbulan-bulan serta tekanan perdagangan dari persetertuan antara China dan Amerika Serikat.

Sektor pariwisata, yang turut menopang ekonomi Hong Kong, turun drastis. Penurunan terjadi pada angka kunjungan wisatawan dari daratan China, yang mewakili 80% dari seluruh pengunjung kota tersebut.

“Keresahan politik yang sedang berlangsung dan dampak dari ketegangan perdagangan membuat aktivitas bisnis jatuh pada laju paling tajam sejak survei dimulai lebih dari 21 tahun yang lalu. Bukti anekdotal mengungkapkan bahwa sektor ritel dan pariwisata sangat terpengaruh,” kata Bernard Aw, ekonom utama di IHS, dalam rilisnya, dikutip melalui Bloomberg, Selasa (5/11/2019).

Dia menambahkan, ketika jumlah pesanan baru terus turun, yang dipicu oleh lemahnya permintaan dari daratan China, perusahaan menjadi semakin pesimistis tentang prospek bisnis ke depan.

Menanggapi bukti resesi teknis, Menteri Keuangan Hong Kong Paul Chan menuliskan dalam blog resmi kementerian bahwa kota tersebut kemungkinan harus memangkas target pertumbuhan setahun penuh dari perkiraan saat ini, pada kisaran 0%-1%.

Penjualan ritel turun untuk delapan bulan berturut-turut pada September, karena turis menghindari Hong Kong sebagai destinasi wisata selama aksi protes masih berlangsung.

"Dalam tanda pesimisme yang tumbuh, perusahaan mengurangi aktivitas pembelian dan persediaan input lebih lanjut pada Oktober, yang turun dalam laju yang belum pernah sejak terlihat sebelumnya sejak survei dimulai pada Juli 1998," kata IHS dalam laporannya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nirmala Aninda
Editor : Achmad Aris

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper