Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rencana Kunjungan Mendag Wilbur Ross: RI Manfaatkan Pendekatan Bilateral dengan AS

Indonesia harus mampu memanfaatkan pola pendekatan kerja sama dagang dengan AS dalam bentuk bilateral, untuk mengungkit kinerja dagang dengan negara tersebut.
Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross menjawab pertanyaan selama wawancara dengan Reuters di kantornya di gedung Departemen Perdagangan AS di Washington, AS, 5 Oktober 2018. /REUTERS
Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross menjawab pertanyaan selama wawancara dengan Reuters di kantornya di gedung Departemen Perdagangan AS di Washington, AS, 5 Oktober 2018. /REUTERS

Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia harus mampu memanfaatkan pola pendekatan kerja sama dagang dengan AS dalam bentuk bilateral, untuk mengungkit kinerja dagang dengan negara tersebut.

Wakil Ketua Umum Bidang Perdagangan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Benny Soetrisno mengatakan Indonesia dapat menerapkan strategi tersebut dalam kunjungan Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross dan delegasi bisnisnya ke Indonesia pada 6 November mendatang.

Menurutnya, langkah tersebut penting dilakukan  di tengah menurunnya kinerja ekspor Indonesia menuju AS sepanjang tahun ini.  Adapun, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) nilai ekspor RI ke AS sepanjang Januari-September 2019 mencapai US$13,0 miliar atau turun dari periode yang sama tahun lalu dengan US$13,2 miliar.

“Periode kepemimpinan Presiden Trump saat ini lebih cenderung mengusung kerja sama dagang bilateral. Hal itu pula, yang menurut kami, berusaha diusung oleh AS dalam kunjungan bisnis Mendag Ross ke Indonesia, Kita harus cermati itu,” katanya, Minggu (3/11).

Benny memperingatkan, dalam kunjungannya ke Indonesia, Ross dan rombongan bisnisnya akan menuntut adanya perluasan akses pasar produk-produk AS di Indonesia. Selain  itu, menurutnya, Ross juga diprediksi akan meminta penurunan hambatan dagang nontarif atas produk-produk AS yang selama ini di ekspor ke Indonesia seperti produk makanan dan minuman dan pertanian.

Untuk itu Indonesia juga perlu menyiapkan daftar produk yang dapat diajukan ke AS untuk dibuka akses pasarnya, sebagai imbalan atas permintaan serupa dari Paman Sam. Dia mengatakan, produk-produk asal RI yang dapat didorong untuk dibuka akses pasar ke AS a.l. tekstil dan produk tekstil (TPT), sepatu, furnitur, elektronik, perhiasan, besi dan baja, serta produk olahan nikel dan aluminium.

Dia mengatakan, kendati Indonesia dan AS telah memiliki komitmen kerja sama perdagangan di sektor TPT, nilai ekspor produk tersebut ke AS rupanya belum mengalami pertumbuhan. Menurut data BPS, ekspor produk barang rajutan Indonesia ke AS sepanjang Januari-September 2019 terkoreksi 0,21% dari tahun sebelumnya menjadi US$1,69 miliar. Hal itu terjadi pula pada produk pakaian jadi yang ekspornya turun 2,35% secara tahunan pada periode yang sama menjadi US$1,67 miliar.   

“Dalam sesi business matching dengan pengusaha AS, kami akan coba meminta adanya komitmen pembelian atas produk-produk kita di AS. Hal sebaliknya pun akan kami lakukan supaya terjadi konsep kerja sama mutual,” katanya.

Dia mengatakan Indonesia juga harus pintar-pintar menawarkan kerja sama dan produk ekspornya kepada AS. Pasalnya, sebelum berkunjung ke Indonesia, Mendag AS Wilbur Ross dan delegasinya juga akan mengunjungi Vietnam yang merupakan pesaing utama RI di kawasan Asean.

Di samping itu, Benny juga meminta agar pemerintah memanfaatkan kunjungan bisnis AS tersebut semaksimal mungkin. Pasalnya, Indonesia tidak memiliki pakta kerja sama dagang bebas dengan Paman Sam.

Sementara itu, Wakil Ketua Umum Bidang Industri Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Johnny Darmawan mengatakan Indonesia perlu memfokuskan diri pada topik pembahasan penguatan kerja sama dagang dan investasi dengan AS. Pasalnya, dalam pembahasan di sektor perdagangan dengan AS, pemerintah selama ini lebih banyak terfokus pada upaya memastikan RI mendapatkan kembali fasilitas generalized system of preferences (GSP).

“Isu mengenai GSP sudah selesai, setelah lima produk kita dipastikan boleh menerima kembali fasiitas tersebut. Kini kita harus fokus pada bagaimana meningkatkan perdagangan dan arus investasi dari AS, terutama di sektor industri,” jelasnya.

Dia mengatakan, AS akan berupaya mencari mitra dagang dan investasi baru setelah hubungannya dengan China terus memanas. Hal itu dapat menjadi celah bagi RI untuk memanfaatkan kondisi tersebut.

“Tidak mudah memang bernegosiasi dengan AS. Sebab saat ini mereka sangat agresif ketika membahas hubungan bilateral. Kita harus pintar-pintar mencari celah supaya kita mendapatkan banyak manfaat dari mereka,” jelasnya.

Senada, ekonom Universitas Indonesia Fithra Faisal meminta pemerintah Indonesia cermat dalam merespons permintaan AS di sektor perdagangan dalam kunjungan bisnis Wilbur Ross pekan ini. Menurutnya, AS telah melihat negara-negara di kawasan Asia Tenggara sebagai salah satu sasaran utama untuk dijadikan mitra perdagangan potensial di Asia.

 “Di satu sisi, kalau kita lemah dalam hal negosiasi dengan AS, kita akan mendapatkan banyak sekali tuntutan pembukaan akses pasar produk mereka di Indonesia. Namun di sisi lain, kita bisa memanfaatkan pola timbal balik dalam kerja sama bilateral dengan AS, kita bisa mendapatkan banyak keuntungan pula,” jelasnya.

Terpisah, Direktur Perundingan Bilateral Kementerian Perdagangan Ni Made Ayu Marthini mengatakan, kunjungan bisnis Mendag AS Wilbur Ross akan menjadi peluang untuk meyakinkan Paman Sam bahwa Indonesia dapat menjadi mitra dagang potensialnya.  

Terlebih, menurutnya, dalam kunjungan bisnisnya kali ini AS akan membawa sejumlah pemimpin perusahaan di sektor energi, infrastruktur dan digital. Indonesia menurutnya memiliki kelebihan di sektor-sektor tersebut.   

“AS saat ini sangat sulit sekali diajak melakukan perjanjian dagang. Mereka maunya kalau perjanjian dagang bentuknya bilateral, dan prosesnya pun kami yakin sangat rumit. Untuk itu kami menilai kunjungan Mendag AS Wilbur Ross ini menjadi peluang besar bagi AS untuk meningkatkan ekspor kita ke AS, tanpa harus menggunakan pakta kerja sama dagang,” jelasnya.

Adapun, dalam kunjungannya ke Indonesia,  Ross akan mengajak delegasi bisnis yang terdiri dari CEO dan eksekutif senior dari sekitar 12—25 perusahaan AS. Salah satu agenda utama kunjungan Ross bersama delegasi bisnisnya adalah menggelar pertemuan bisnis dengan pemerintah dan pengusaha Indonesia. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper