Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perlambatan Manufaktur Dinilai Belum Berdampak ke Pertumbuhan Ekonomi

Seperti diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) pertumbuhan produksi industri besar dan sedang (IBS) pada kuartal III/2019 tercatat mencapai 4,35% (yoy). Pertumbuhan produksi IBS tercatat lebih rendah dibandingkan kuartal III/2018 yang mampu mencapai 5,04% (yoy).
Mobil Esemka di pabriknya, PT Solo Manufaktur Kreasi di Boyolali Jawa Tengah, Jumat (6/9/2019). JIBI/Bisnis/Chamdan Purwoko
Mobil Esemka di pabriknya, PT Solo Manufaktur Kreasi di Boyolali Jawa Tengah, Jumat (6/9/2019). JIBI/Bisnis/Chamdan Purwoko

Bisnis.com, JAKARTA–Berlanjutnya perlambatan kinerja manufaktur belum mengindikasikan adanya perlambatan pertumbuhan ekonomi untuk kuartal III/2019 dan kuartal IV/2019.

Seperti diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) pertumbuhan produksi industri besar dan sedang (IBS) pada kuartal III/2019 tercatat mencapai 4,35% (yoy). Pertumbuhan produksi IBS tercatat lebih rendah dibandingkan kuartal III/2018 yang mampu mencapai 5,04% (yoy).

Selain laporan BPS, IHS Markit mencatat pada kuartal III/2019 rata-rata Purchasing Manager's Index (PMI) Manufaktur Indonesia berada pada angka 49,2. PMI Manufaktur Indonesia pun kembali menurun ke angka 49,2 pada Oktober 2019.

IHS Markit menilai bahwa dalam beberapa bulan terakhir hingga Oktober 2019 permintaan baru terus menurun dengan laju penurunan terbesar sejak 2015.

Realisasi ekspor juga ikut menurun meski laju penurunannya tidak setinggi laju penurunan permintaan baru. Hal ini pada akhirnya mendorong sektor manufaktur untuk menurunkan produksinya.

Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri Kementerian Koordinator Perekonomian Bambang Adi Winarso menerangkan bahwa permintaan pada level domestik memang sedikit menurun akibat adanya Pemilu 2019 sehingga turut menurunkan permintaan.

Terkait dengan PMI Manufaktur, Bambang menilai PMI Manufaktur Indonesia yang diterbitkan oleh IHS Markit tidak bisa dijadikan rujukan untuk menilai kinerja industri ke belakang.

PMI Manufaktur Indonesia merupakan proyeksi atas kinerja sektor manufaktur ke depan yang merupakan hasil survei dari pelaku-pelaku usaha di sektor manufaktur.

Menurut Bambang, permintaan yang bersumber dari konsumsi domestik masih kuat dan mampu menopang perekonomian domestik baik pada kuartal III/2019 maupun hingga akhir kuartal IV/2019.

Namun, yang dikhawatirkan oleh pemerintah saat ini adalah bagaimana ekspektasi pengusaha pada Januari 2020.

Apabila pengusaha masih pesimistis terhadap prospek perekonomian di masa mendatang, hal ini dikhawatirkan bisa menjadi penghambat perekonomian Indonesia pada 2020.

"Saya yang justru khawatir nanti adalah Januari 2020 ekspektasi dari sektor manufaktur bagaimana. Oleh karena itu diingatkan sama Ibu Sri Mulyani untuk tidak khawatir karena ini efeknya siklikal," ujar Bambang, Jumat (1/11/2019).

Meski produksi IBS mengalami perlambatan dan IHS Markit sendiri masih memberikan gambaran yang suram terhadap sektor manufaktur, Bambang menyatakan bahwa perekonomian Indonesia masih tetap akan bertumbuh pada angka 5% baik kuartal III/2019 maupun pada akhir tahun 2019.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Muhamad Wildan
Editor : Achmad Aris
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper