Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan perlambatan sektor manufaktur per kuartal III/2019 hingga Oktober ini disebabkan oleh faktor global.
Untuk diketahui, data Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang (IBS) per kuartal III/2019 mencapai 4,35% (yoy).
Laju pertumbuhan produksi IBS tersebut lebih rendah dibandingkan performa kuartal III/2018 dimana pertumbuhan produksi IBS tercatat 5,04% (yoy).
Menurut Airlangga, menurunnya pertumbuhan produksi tidak lain disebabkan oleh permintaannya dari pasar luar negeri yang menurun.
Ke depan, Airlangga mengatakan bahwa pemerintah akan mencari komoditas-komoditas pengganti sebagai alternatif. "Artinya kita harus cari komoditas-komoditas utama dan komoditas-komoditas yang bisa mengganjal," ujarnya, Jumat (1/11/2019).
Adapun salah satu produk yang akan hendak didorong oleh pemerintah adalah tekstil dan produk tekstil (TPT) serta beberapa produk lain.
Dalam rangka menggenjot ekspor produk dari sektor manufaktur, Airlangga juga mengatakan bahwa pihaknya juga akan mengantisipasi gelombang proteksionisme dari negara-negara tujuan seperti yang terjadi di Vietnam.
Airlangga mengatakan bahwa saat ini Vietnam sedang merancang regulasi-regulasi yang membuat eskpor Indonesia yang completely build up (CBU) melambat.
Hal ini karena dalam regulasi baru yang dibuat oleh Vietnam, negara pengekspor harus mengirimkan barang dalam bentuk completely knock down (CKD).
"Jadi mereka mengharap merakit di sana dan bukan dikirim dalam bentuk CBU, hal-hal ini yang harus kita antisipasi," ujar Airlangga.
Oleh karena negara lain juga mulai bergerak cepat dalam memproteksi pasar dalam negerinya, Airlangga mengatakan bahwa pemerintah juga akan bergerak cepat untuk melindungi pasar dalam negeri.
"Jadi jangan sampai kita nanti genjot ekspor tetapi impor kita juga naik, kita akan coba mendorong ekspor dengan subsitusi impornya," ujar Airlangga.
Untuk diketahui, sebelum data BPS menunjukkan bahwa produksi IBS mengalami perlambatan pertumbuhan pada kuartal III/2019, IHS Markit dalam laporan Purchasing Manager's Index (PMI) Manufaktur Indonesia telah melaporkan bahwa rata-rata PMI Manufaktur per kuartal III/2019 tercatat pada angka 49,2, terendah sejak 2016.
Adapun dalam laporan terbaru yakni PMI Manufaktur Indonesia per Oktober 2019, IHS Markit melaporkan bahwa PMI Manufaktur Indonesia kembali turun ke angka 47,7.