Bisnis.com, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan pertumbuhan produksi industri manufaktur mikro dan kecil kuartal II/2019 mengalami kenaikan 6,19% (yoy) didorong oleh kenaikan produksi industri komputer, barang elektronika, dan optik 24,36%.
Menurut Kepala Badan Pusat Statistik Kecuk Suhariyanto, secara (yoy) industri manufaktur mikro dan kecil (IMK) lain yang naik adalah; industri percetakan dan reproduksi media rekaman 16,23% (yoy), industri barang logam bukan mesin dan peralatannya naik 9,79% (yoy), industri pengolahan tembakau mengalami kenaikam 9,68% (yoy), dan industri minumam naik 9,67% (yoy).
Sementara itu, IMK yang mengalami penurunan tertinggi pada kuartal III/2019 terhadap kuartal III/2018 adalah industri peralatan listrik turum sebesar 32,88% (yoy), disusul industri logam dasar turun 19,67% (yoy), industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki turun 6,30%, industri kendaraan bermotor turun 4,01% (yoy), dan industri karet termasuk barang dari karet dan plastik turun 3,82% (yoy).
Secara kuartal III/2019 (qtq), IMK mengalami kenaikan 0,29% terhadap kuartal II/2019 (qtq), pada kuartal I/2019 mengalami kenaikan sebesar 4,55% terhadap kuartal IV/2018.
Suhariyanto memerinci IMK yang mengalami kenaikan tertinggi adalah; industri pengolahan tembakau naik 42,25% (qtq), industri logam dasar naik 9,06% (qtq), industri mesin dan perlengkapan naik 7,55% (qtq), industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia naik 7,38% (qtq), serta industri kendaraan bermotor naik 6,42% (qtq).
Sementara untuk IMK yang menurun pertumbuhannya juga terjadi pada beberapa sektor. Industri peralatan listrik terkontraksi 17,23% (qtq), industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki terkontraksi 7,45% (qtq), industri pakaian turun jadi 6,06% (qtq), industri furniture turun menjadi 3,95% (qtq), industri pengolahan lain turun 1,80% (qtq).
BPS mencatat pertumbuhan produksi IMK dengan tingkat kenaikan tertinggi terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 30,32% (yoy). Sementara provinsi yang mengalami penurunan terbesar adalah Provinsi D.I. Yogyakarta sebesar 0,002%.
Sementara secara (qtq), tingkat pertumbuhan tertinggi di Provinsi Kalimantan Utara sebesar 15,14%. Sementara provinsi yang mengalami penurunan terbesar adalah Provinsi Sumatra Utara terkontraksi 3,0% (qtq).