Upaya Mencari Solusi
Dari sisi keamanan pangan dan daya tahan, Indonesia dinilai perlu berbenah karena rentan terpapar bencana alam dan gangguan terhadap kesediaan pangan. Kerentanan kondisi pangan terhadap faktor alam bukanlah klaim semata.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan potensi produksi beras nasional sampai Januari-November 2019 berada di angka 29,4 juta ton. Angka ini lebih rendah 5,7% dibanding produksi yang sama pada 2018 lalu yang mencapai 31,2 juta ton.
Masa tanam yang mundur serta kemarau tahun ini yang lebih panjang menjadi segelintir faktor pemicu. Hal ini ditambah pula dengan menurunnya jumlah luas panen pada tahun ini dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Di sisi lain, Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan Kementan Gatot Sumbogojati mengemukakan pihaknya telah menyiapkan berbagai bantuan untuk mendukung efisiensi logistik demi menunjang ketahanan pangan.
Salah satunya lewat distribusi mesin-mesin pertanian yang ia sebut bisa memutus rantai pasok yang panjang.
“Pada 2018 kami menyalurkan 1.000 unit dryer RMU [rice milling unit]. Lalu ada pula sentra pelayanan pertanian padi terpadu sehingga petani yang mulanya menjual ke pedagang-pedagang kini bisa menyimpan produk dan langsung menjual ke end user,” paparnya.
Menjaga ketahanan pangan bukanlah perkara mudah. Jika kembali pada konsep yang ditawarkan oleh FAO atau Badan Ketahanan Pangan (BKP), yang perlu menjadi perhatian tentunya pada jaminan kemudahan akses nutrisi sesuai kemampuan ekonomi dan sosial masyarakat.
Jika pemerintah berkali-kali menggaungkan surplus pangan tetapi penduduk mengeluhkan harga yang tak bersahabat, benarkah ketahanan pangan kita tak sekadar kuat di atas kertas?