Bisnis.com, JAKARTA - Bank Dunia menilai masih terdapat beberapa risiko yang perlu dimitigasi oleh Indonesia untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi ke depan.
Dalam laporan World Bank dengan judul 'East Asia and Pacific Economic Update October 2019: Weathering Growing Risk' yang dikutip Bisnis.com pada Jumat (11/10/2019), eskalasi perang dagang berpotensi membebani harga komoditas.
Tekanan pada harga komoditas pada akhirnya akan berdampak buruk pada pertumbuhan ekonomi Indonesia serta neraca transaksi berjalan (current account) akibat melemahnya ekspor.
Ruang lingkup bagi Indonesia untuk membatasi impor pun menjadi terbatas dan akan cenderung menekan pertumbuhan ekonomi karena investasi sangat membutuhkan impor barang modal.
Untuk diketahui, kinerja ekspor dan impor Indonesia pada 2019 keduanya diproyeksikan oleh Bank Dunia bakal mengalami kontraksi.
Laporan Bank Dunia memproyeksikan bahwa kinerja ekspor dan impor Indonesia pada 2019 berada pada angka -1% dan -3,5%.
Neraca transaksi berjalan pada 2019 juga diproyeksikan mengalami defisit mencapai -2,8% dari PDB.
Meski demikian, Bank Dunia masih optimistis terhadap prospek ekspor dan impor Indonesia ke depan di mana pada 2020 kinerja dari kedua aspek tersebut diproyeksikan tumbuh masing-masing sebesar 1,5% dan 2%.
Defisit dari neraca transaksi berjalan juga diproyeksikan turun pada angka -2,7% dari PDB.
Adapun per kuartal II/2019 kinerja ekspor dan impor Indonesia masih belum menunjukkan kinerja yang memuaskan. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa ekspor pada kuartal II/2019 mengalami kontraksi sebesar -1,81%, sedangkan impor terkontraksi lebih dalam lagi yakni sebesar -6,73%.