Bisnis.com, JAKARTA — Pertumbuhan ekonomi global yang belum kunjung mengalami perbaikan membuat pasar properti, terutama komersial, di sejumlah wilayah di Asia Pasifik juga ikut terus melambat.
Hasil riset Royal Institution of Chartered Surveyors (RICS) terhadap responden menunjukkan bahwa adanya kekhawatiran pada outlook negatif atas adanya ketidakpastian ekonomi. Namun, diperkirakan harga untuk properti sewa bisa tetap naik pada 2020.
Kekhawatiran akan perang dagang juga turut mempengaruhi pasar properti, salah satunya di Asia Timur. Pasalnya, dengan makin tegangnya tensi perang dagang antara China dan Amerika Serikat bisa membawa kekhawatiran bagi investor dan pembeli properti komersial.
“Salah satu hambatan lainnya juga karena ada protes di Hong Kong. Ini membuat investor lari dari Hong Kong,” kata Alexander Aronsohn, RICS Director Technical Standards melalui laporan tertulis, Selasa (8/10/2019).
Namun, beberapa wilayah seperti Vietnam dan Thailand ternyata bisa mendapat keuntungan besar dari adanya perang dagang yang dialami China karena perusahaan di China akan melakukan relokasi pabrik-pabriknya agar tetap bisa berjalan dan memperluas rantai pasok ke Asia Tenggara.
Di Indonesia, sayangnya tidak menjadi tujuan perpindahan perusahaan China dalam menghadapi perang dagang. Beberapa peraturan terkait dengan tenaga kerja dan aturan tinggal untuk orang asing membuat China sedikit ragu untuk merelokasi usahanya ke Indonesia.
Baca Juga
Adapun, RICS menegaskan bahwa pasar properti dalam beberapa waktu ke depan diperkirakan tetap bergerak mendatar dan pertumbuhanya masih konstan, tidak naik, tidak turun.
Di Malaysia, kondisi pasar properti komersialnya sudah membaik pada kuartal II/2019 dibandingkan dengan pada kuartal sebelumnya. Namun, nilai harga sewa dan jual belum mengalami kenaikan yang signifikan setidaknya sampai tahun depan.
Di Jepang, Olimpiade Tokyo 2020 justru mendorong penjualan properti sehingga mencapai puncaknya dalam beberapa kuartal belakangan.