Bisnis.com, JAKARTA — Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI) menilai PT Pertamina (Persero) perlu mengantisipasi disrupsi bisnis yang akan terjadi pada transisi energi ke depan, khususnya ke energi baru terbarukan (EBT).
Ketua Umum METI Surya Darma menilai sejauh ini Pertamina cukup serius mengembangkan energi baru terbarukan EBT. Menurutnya, Pertamina sudah sangat kompeten dalam mengembangkan panas bumi di Indonesia.
“Untuk ini tentu peran Pertamina sangat diharapkan dapat meningkatkan porsi EBT itu,” katanya kepada Bisnis, Minggu, (6/10).
Sejauh ini, pembangkit listrik tenaga batu bara masih mendominasi bauran energi tersebut. Meskipun tetap jadi pilihan utama, pemerintah berencana untuk mengurangi porsinya secara bertahap dengan meningkatkan bauran energi bersih, khususnya EBT.
Adapun, pemerintah menargetkan bauran energi dari EBT mencapai 23% pada 2025. Berdasarkan data PT PLN (Persero), bauran energi baru terbarukan untuk pembangkitan hingga Mei 2019 baru mencapai 13,42% dengan porsi terbesar berada pada energi air dengan kapasitas mencapai 24.337 MW.
Investasi pembangkit listrik tenaga air memang paling maju di Indonesia dibandingkan proyek energi terbarukan lainnya. Hal tersebut karena didukung oleh potensi air yang cukup besar dan perkembangan teknologinya yang mudah.
Pembangkit listrik tenaga air (PLTA) yang beroperasi mencapai 7,61%. Selanjutnya, secara berturut-turut, porsi pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) 4,95%, pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) 0,59%, serta EBT lainnya seperti surya, angin, dan biomassa 0,27%.