Bisnis.com, JAKARTA — Tadinya berawal dari hobi, kini dijadikan profesi. Banyak pehobi kopi yang kini ingin menggeluti dunia kopi dengan menjadi barista.
Barista Tuti Mochtar mengatakan bahwa tren memang turut mempengaruhi jamaknya profesi barista. “Apalagi barista juga dapat dijadikan sebagai profesi dengan penghasilan yang menjanjikan,” ujarnya.
Selain itu banyak pencinta kopi yang menjadikan profesi barista sebagai jalan untuk menambah wawasan mengenai kopi. Penghargaan terhadap profesi ini juga kini sudah makin tinggi.
Beberapa kementerian di Indonesia seperti Kementerian Pariwisata RI dan Kementerian Perdagangan kerap mengajak barista untuk memperkenalkan kopi di luar negeri.
Barista perempuan yang terjun di dunia kopi lebih dari 20 tahun ini mengatakan bahwa perkembangan dunia kopi pada masa lalu jauh berbeda dengan masa kini. Dulu, barista belum dianggap sebagai profesi, bahkan keberadaaannya juga masih jarang diketahui. Namun, seiring dengan menjamurnya coffee shop dan bisnis kopi profesi barista makin diperlukan dan menjadi tren.
Kesempatan untuk berkembang lebih pesat dapat diraih oleh barista yang memiliki skill yang tinggi. Barista dengan kemampuan yang mumpuni umumnya memperoleh penghasilan yang tidak sedikit, bahkan jauh di atas upah rata-rata pekerja. “Coffee shop biasanya berani bayar mahal kalau memang baristanya punya skill,” ujarnya.
Sekalipun si barista masih memiliki kemampuan biasa-biasa saja, perusahaan pada umumnya mau memberikan pelatihan keterampilan sehingga kemampuannya meningkat. “Nilai plusnya justru di sini, ada pelatihan atau training bagi para barista yang disediakan oleh coffee shop,” katanya.
Untuk meningkatkan kualitas seorang barista, disiplin berlatih adalah kunci. Lapangan latihan bagi seorang barista adalah di belakang mesin espresso. Kemudian, menurut dia, barista juga harus memiliki jejaring yang luas.
“Dengan networking sesama barista setidaknya mereka bisa berbicara dengan dunia kopi, karena jenis, teknik, dan metode pembuatan kopi itu bermacam-macam dan terus berkembang,” kata Tuti lagi.
Seorang barista pasti harus lihai membuat espresso yang sempurna. Untuk membuat espresso yang sempurna setidaknya ada 3 hal yang harus diperhatikan yakni grind size, cara tamping, dan gramasi.
Dalam pengamatan Tuti yang sering menjadi juri dalam kompetisi barista ini, banyak barista di Indonesia yang masih belum mengerti mengenai hal ini karena terlalu berpatokan pada grind size-nya saja misalnya. Hal ini menunjukkan bahwa banyak barista yang belum menguasai betul teknik yang tepat.
Itulah sebabnya dia mengimbau pada barista untuk menguasai teknik dasar terlebih dahulu, sebelum melangkah ke teknik improvisasi.
Barista yang baik harus senantiasa meningkatkan kualitas diri, tidak ketinggalan informasi mengenai kopi, dan mau mempelajari perkembangan zaman mengenai kopi. Barista profesional biasanya juga memiliki sertifikasi yang dikeluarkan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi.
Namun, Tuti menyayangkan bahwa lulusan dari sertifikasi barista ini masih belum begitu besar, yakni 70% saja. “Artinya masih banyak yang harus ditingkatkan dari barista-barista yang mengikuti sertifikasi itu,” ujarnya.
Kebutuhan barista di dalam negeri sangat besar sekali, apalagi untuk barista yang memiliki kemampuan yang mumpuni. Tak jarang coffee shop banyak yang saling membajak barista satu dengan lainnya. “Kondisi ini menunjukkan bahwa peluang menjadi barista itu masih besar,” katanya.