Bisnis.com, HANGZHOU — Bagi warga China, khususnya masyarakat Hangzhou, pasar tradisional memiliki peran penting dari satu generasi ke generasi lainnya.
Sayangnya, di kota terbesar kelima China itu, pasar tradisional diidentikkan dengan lantai becek serta aroma kurang sedap karena proses pemotongan ikan, ayam dan daging atau kebiasaan penjual menuangkan air ke lantai untuk menjaga kebersihan wilayah jualannya.
Pemerintah Hangzhou pun mulai putar otak untuk memperbaiki citra pasar tradisional. Pada 1999, seluruh pasar terbuka dan di pinggir jalan di Hangzhou mulai dipindahkan ke dalam ruangan. Antara 2006 hingga 2009, penyelesaian transformasi pasar tradisional tahap pertama dilakukan.
Adapun, selama 2013 hingga 2014, dari 136 pasar tradisional, 92.5% telah menjalani revitalisasi tahap kedua. Dari jumlah tersebut, wilayah Xihu memiliki 33 pasar yang direnovasi dan terbanyak di Hangzhou, disusul wilayah Gongshu dengan 24 pasar, Xiacheng di posisi ketiga dengan 23.
Jumlah investasi yang digelontor untuk revitalisasi pasar di Hangzhou mencapai 226,92 juta yuan (sekitar US$35,47 juta), termasuk investasi 72 juta yuan dari subsidi keuangan pemerintah.
Pada 2014, perdagangan unggas hidup dihentikan di semua pasar tradisional karena pandemi flu burung dan semua gerai diganti menjadi area makanan beku. Setelah pandemi tersebut, lebih dari 400 peternak unggas dan pengelola pasar mendapatkan pendidikan tentang pengendalian penyakit.
Mulai tahun lalu, revitalisasi pasar tradisional tahap ketiga dilakukan dengan memasang pendingin ruangan di semua pasar tradisional dalam kurun 3 tahun.
Berdasarkan pemaparan data Alibaba dari Apsara Conference 2019, yang dikutip Rabu (25/9/2019), sebagian masyarakat Hangzhou lebih memilih berbelanja pasar tradisional dibandingkan dengan supermarket. Seiring dengan makin meningkatnya kebutuhan akan kenyamanan belanja, pasar-pasar tradisional tersebut telah melalui transformasi digital dan standar operasional, tidak sekadar pembaruan fasilitas.
Adapun, digitalisasi pasar tradisional di Hangzhou mencakup beberapa aspek. Pertama, penerapan dagang-el dan layanan pesan antar menggunakan platform yang dikelola oleh Alibaba.
Kedua, penerapan pembayaran elektronik. Tiap warung di pasar kini memiliki terminal POS yang mengintegrasikan inventaris secara daring dan luring, serta berbagai pilihan pembayaran, seperti kartu kredit dan dompet digital seperti Alipay milik Alibaba.
Ketiga, penggunaan mahadata. Di pasar tradisional seperti Luo Jia Zhuang, untuk meningkatkan daya kompetisi dari toko ritel modern, pasar ini telah menggunakan sistem manajemen mahadata sejak awal 2018, serta mulai dari memonitor harga jual harian dan penjualan masing-masing produk. Data ini digunakan untuk meningkatkan penjualan dan mengoptimasi kategori produk.
Keempat, menerapkan standar operasional. Di masing-masing gerai, terdapat layar yang menampilkan foto dan identitas pemilik toko, surat-surat izin toko, harga eceran yang disarankan, status inspeksi BPOM dari produkproduk yang dijual.
Pada setiap pasar terdapat laboratorium Badan Inspeksi Makanan dengan empat inspektorat yang bertanggung jawab untuk melakukan tes kelayakan produk yang dijual, khususnya terhadap pestisida dan bahan-bahan berbahaya.
Semua makanan dan bahan makanan yang dijual harus dapat dilacak dengan dokumen dan bukti penjualan yang dapat dipercaya serta diserahkan kepada pengelola pasar saat para penjual memasuki pasar di pagi hari.
Terakhir, kantong plastik yang digunakan menggunakan bahan yang mudai terurai, sehingga ramah lingkungan.