Bisnis.com, JAKARTA – PT Pertamina Hulu Energi (PHE) akhirnya berhasil menghentikan semburan minyak di sumur YYA-1, blok Offshore North West Java (ONWJ) setelah melakukan proses pemintasan pada Sabtu (21/9/2019) pukul 10.30 WIB.
Telah dilakukan relief well dengan pengeboran dari samping yang dilakukan dari Rig Soehanah yang berjarak 1 km dari sumur YYA-1. Proses koneksi antar sumur ini berhasil dilakukan dengan baik dan lebih cepat dari estimasi awal yang direncanakan pada awal Oktober.
Ketua Tim Penanganan Taufik Aditiyawarman mengatakan saat ini tahap killing operation sedang berlangsung. Setelah pihaknya berhasil melakukan pemintasan dan injeksi lumpur berat, selanjutnya akan dilanjutkan tahap injeksi semen untuk menutup sumur secara permanen.
“Kami inject dengan lumpur berat sehingga ini upaya yang masih sedang lakukan sampai hari ini. Tadi pagi [Senin (23/9/2019] masih berlangsung [injeksi lumpur] dengan harapan sore atau malam akan ke tahap berikutnya, yakni plug and abandon,” katanya dalam konferensi pers, Senin (23/9/2019).
Menurutnya, koneksi antar sumur tersebut menjadi tahapan penting dalam upaya mematikan sumur YYA-1. Saat ini, PHE mengaku telah bisa mengendalikan sumur YYA-1.
Meskipun begitu, beberapa waktu ke depan masih menjadi masa kritis. Monitoring untuk memastikan kestabilan sumur dan tidak ada fluida yang keluar dari sumur YYA-1 masih dilakukan.
“Jadi, masih ada tiga tahapan ke depan. Pengendalian sumur, stabilisasi sumur, dan penutupan sumur secara permanen. Kira kira kami estimasi 1 Oktober mendatang sudah selesai injeksi semen,” tambahnya.
Adapun, semburan minyak di Laut Utara Karawang ini diawali dengan gelembung gas yang muncul pada 12 Juli 2019 pukul 01.30 WIB saat melakukan re-entry di sumur YYA-1 pada kegiatan re-perforasi.
Selanjutnya, pada 15 Juli 2019, PHE menyatakan keadaan darurat dengan bersurat ke SKK Migas dan ESDM. Tumpahan minyak kemudian mulai terlihat di sekitar anjungan pada 17 Juli 2019.