Bisnis.com, JAKARTA - PT BNI (Persero) Tbk. menyalurkan kredit ke sektor transportasi dan sarana penunjang senilai Rp54,3 triliun selama semester I/2019 atau 13,9 persen dari total kredit yang disalurkan bank pelat merah itu selama paruh pertama tahun ini.
Kepala Ekonom PT BNI (Persero) Tbk. Ryan Kiryanto menyebutkan kredit untuk sektor transportasi dan pergudangan sebesar Rp17,7 triliun.
Angka ini tumbuh 12,2 persen dari pencapaian periode sama tahun lalu dengan rasio kredit bermasalah (NPL) 1,9 persen.
Kredit transportasi dan pergudangan BNI disalurkan untuk transportasi darat (subsektor ekonomi angkutan darat, angkutan rel), transportasi air (subsektor ekonomi angkutan laut, angkutan sungai, danau, dan penyeberangan), transportasi udara (subsektor ekonomi angkutan udara), serta subsektor ekonomi pergudangan dan jasa penunjang angkutan.
Kredit untuk sarana penunjang transportasi lebih besar, yakni Rp36,5 triliun atau tumbuh 33,2 persen (year on year ) dengan NPL hampir 1 persen. Kredit sarana penunjang transportasi dikucurkan untuk subsektor ekonomi konstruksi.
Ryan melihat peluang penyaluran kredit ke sektor transportasi masih sangat besar seiring dengan perkembangan industri transportasi, misalnya mulai dialihkannya penggunaan bahan bakar fosil ke bahan bakar listrik dan penggunaan LRT dan MRT sebagai pelengkap moda transportasi rel.
"Selain itu, target pemenuhan moda transportasi pada angkutan darat, laut, dan udara, masih belum terpenuhi, mengacu pada target Kementerian Perhubungan 2015-2019," katanya dalam focus group discussion bertema Mewujudkan Transportasi Umum yang Andal, Efisien, dan Berdaya Saing melalui Skema Pembiayaan Infrastruktur, Selasa (3/9/2019).
Di sisi sarana penunjang transportasi, BNI melihat perkembangannya akan berlanjut mengingat target pembangunan pemerintah untuk sarana penunjang transportasi belum terpenuhi, seperti jalur kereta api, jalan dan jembatan, bandara, hingga pelabuhan.
Pemindahan ibukota ke lokasi baru juga dianggap sebagai peluang karena pembangunan transportasi maupun penunjangnya juga akan berkembang.
Sementara itu, hingga Juni 2019, PT BRI (Persero) Tbk. telah menyalurkan kredit untuk sarana transportasi udara, khususnya maskapai penerbangan, senilai Rp3,4 triliun dan US$320 juta atau Rp4,5 triliun (kurs Rp14.180 per dolar Amerika Serikat).
Untuk prasarana transportasi udara, mencakup penyedia infrastruktur bandara, fasilitas perawatan, pergudangan, riteler, tenant, akomodasi (hotel), ground handling, dan man supply, BRI telah menyalurkan kredit Rp2 triliun dan US$150 juta atau Rp2,1 triliun.
Berikutnya, penyaluran kredit untuk sarana transportasi laut, khususnya perkapalan, senilai Rp700 miliar dan US$25 juta atau Rp354,5 miliar.
Untuk prasarana transportasi laut, BRI telah menyalurkan kredit Rp1,5 triliun, terutama untuk membiayai penyedia infrastruktur, fasilitas perawatan, pergudangan, dok kapal, tenant, dan man supply.
Untuk sarana transportasi darat, BRI telah menyalurkan kredit Rp9,1 triliun, terutama untuk membiayai pengadaan gerbong dan armada.
BRI menyalurkan kredit jauh lebih besar pada prasarana transportasi darat, seperti penyedia infrastruktur, kargo/logistik, fasilitas perawatan, pergudangan, tenant, akomodasi (hotel), dan man supply, yakni Rp30 triliun.
"Kami punya handicap bahwa kami fokus ke ritel dan mikro walaupun korporasi dan public service tidak mungkin kami hindari. Maka, kami tetapkan maksimal 25 persen dari pembiayaan kami untuk korporat," kata Executive Vice President State-Owned Enterprises PT BNI (Persero) Tbk. Soegeng Hernowo.
Pada saat yang sama, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. menyalurkan kredit ke sektor transportasi senilai Rp55 triliun hingga Juni 2019.
"Portofolio kami banyak menyasar ke program PSN [proyek strategis nasional]. Proyek ini sudah dipetakan dan diprioritaskan pemerintah. Kami berasumsi efek pembangunannya akan lebih terasa," ujar Senior Vice President Corporate Banking 2 Group PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Yusak Labanta S. Silalahi.