Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan masih menghitung alokasi impor indukan ayam pedaging kelas grand parent stock (GPS) tahun ini guna menjamin keseimbangan pasokan dan kebutuhan pada 2021.
Meski masih dalam tahap penghitungan, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan I Ketut Diarmita mengemukakan komitmennya dalam memberi alokasi secara adil dengan tetap mengedepankan keperluan peternak mandiri dan perusahaan terintegrasi.
"Kami mau hitung baik-baik alokasinya. Jangan sampai kami dikira membela integrator, membela peternak mandiri. Kami bela semua. Bagaimana caranya dirasakan konsep keadilan," kata Ketut, Selasa (3/9/2019).
Ia tak memerinci angka usulan alokasi impor yang disampaikan pelaku usaha pembibitan maupun peternak mandiri. Namun, ia memastikan perhitungan mengenai kebutuhan GPS dilakukan dengan cermat tanpa ada manipulasi.
"Selama ini kami tidak ada memain-mainkan yang begitu. Semua dihitung ahlinya dengan cermat. Sekarang saya minta bagaimana kejujuran kita menyampaikan laporan populasi," imbuh Ketut.
Pemerintah sebelumnya memproyeksikan alokasi impor GPS sebanyak 787.000 ekor untuk 2019 atau meningkat 11,31 persen dari alokasi 2018 yang berjumlah 707.000 ekor. Volume impor pada 2018 itu pun naik sekitar 10 persen dibanding 2017.
Alokasi awal yang memperlihatkan tren pertumbuhan alokasi tersebut didasari proyeksi konsumsi daging ayam ras yang diperkirakan mencapai 3,69 juta ton dengan konsumsi per kapita per tahun di angka 13,5 kg. Jumlah penduduk pun diperkirakan mencapai 273,98 juta pada 2021 mendatang.
Adapun untuk 2019, konsumsi daging ayam ras diperkirakan mencapai angka 12,13 kg/kapita/tahun dengan jumlah penduduk secara nasional berjumlah 268,07 juta.