Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

AP I Tawarkan Lahan Potensial untuk GMF AeroAsia

PT Angkasa Pura I (Persero) berniat menawarkan lahan tidak terpakai atau idle di Bandara Sultan Hasanuddin Makassar kepada PT Garuda Maintenance Facility (GMF) AeroAsia Tbk., selain bandara di Denpasar dan Balikpapan, guna dikembangkan menjadi hanggar perawatan pesawat.
Suasana Hanggar 2 milik GMF AeroAsia, Senin (26/8/2019)./Bisnis-Rio Sandy Pradana
Suasana Hanggar 2 milik GMF AeroAsia, Senin (26/8/2019)./Bisnis-Rio Sandy Pradana

Bisnis.com, JAKARTA -- PT Angkasa Pura I (Persero) berniat menawarkan lahan tidak terpakai atau idle di Bandara Sultan Hasanuddin Makassar kepada PT Garuda Maintenance Facility (GMF) AeroAsia Tbk., selain bandara di Denpasar dan Balikpapan, guna dikembangkan menjadi hanggar perawatan pesawat.

Sekretaris Perusahaan Angkasa Pura (AP) I, Handy Heryudhitiawan mengakui bisnis industri perawatan pesawat (maintenance repair overhaul/MRO) cukup potensial. Bahkan, dengan adanya ratusan pesawat yang dioperasikan maskapai nasional, potensi di dalam negeri sudah tinggi.

"Kami punya hanggar di bandara Denpasar dan Balikpapam. Tentunya juga ada lahan yang potensial untuk didirikan hanggar di bandara Makassar," kata Handy, Minggu (1/9/2019).

Handy membenarkan AP I dan emiten berkode GMFI tersebut sudah melakukan pertemuan sekitar 3 atau 4 bulan lalu. Hingga saat ini masih dilakukan evaluasi dan pembahasan lanjutan terkait dengan konsep kerja sama.

Pihaknya berharap kerja sama yang saling menguntungkan dari kedua pihak dapat segera terjalin. Terlebih, hal tersebut menjanjikan adanya pemanfaatan aset-aset idle milik pengelola bandara agar menjadi lebih produktif.

"Konsep kerja sama masih dilakukan pendalaman. Kami belum dapat menjelaskan," ujarnya.

AP I diketahui sedang getol mencari pendapatan dari bisnis nonaeronautika. Hal tersebut dilakukan karena realisasi pergerakan penumpang dan pesawat, yang menjadi sumber bisnis aeronautika, kurang memuaskan pada Semester I/2019.

Berdasarkan laporan keuangan AP I, komposisi pendapatan tahun lalu, terdiri atas bisnis aeronautika sebesar Rp2,3 triliun dan bisnis non-aeronautika sebesar Rp1,5 triliun. Dari data tersebut terlihat kontribusi bisnis aeronautika sebesar 60,5 persen atau paling memberikan pengaruh.

Adapun, bisnis non-aeronautika terdiri atas sewa ruang, sewa tanah, perhotelan, konsesi (duty free, makanan, dan minuman), reklame, parkir, lounge, kegiatan promosi, dan lainnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper