Bisnis.com, JAKARTA -- Indonesia memiliki potensi menjadi pemain kunci dalam ekonomi dan keuangan syariah global.
Menurut data dari Halal Industry Development Corporation tahun 2016, potensinekonomi syariah diperkirakan mencapai US$2,3 triliun. Produk dan jasa perekonomian syariah mencakup beberapa aspek seperti makanan, kosmetik, keuangan syariah, dan logistik.
Untuk mengkaji hal tersebut, Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia (IAEI) menggelar Muktamar Ke-IV dengan gagasan "Indonesia Menuju Pusat Ekonomi dan Keuangan Islam Dunia".
'Indonesia berada di posisi strategis bagi halal superhighway link dalam global halal supply chain. Kita juga bisa menjadi pasar produk halal sekaligus produsen terbesar di dunia,' kata Sekretaris Jenderal IAEI Munifah Syanfani saat ditemui di Jakarta, Jumat (23/8/2019).
Potensi sektor lain yang dapat dimanfaatkan Indonesia adalah sektor pariwisata halal. Menurut data pariwisata halal global, saat ini Indonesia berada di peringkat keempat sebagai negara dengan turis Muslim terbesar dengan jumlah pengeluaran sebanyak US$9,7 miliar (Rp141 triliun). Adapun total turis domestik sebesar 200 juta orang.
Menurut Munifah, sebagai negara dengan penduduk beragama Islam terbesar di dunia, Indonesia perlu menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas pada seluruh bidang, termasuk ekonomi dan keuangan syariah, guna memaksimalkan potensi pendapatan dari sektor ini.
Selain itu, kebijakan dan regulasi yang mendukung serta infrastruktur juga perlu dipersiapkan guna membentuk ekosistem halal yang efektif.
Ditemui pada acara yang sama, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menuturkan ekonomi syariah dapat menjadi arus utama perekonomian Indonesia di masa depan. Hal ini didukung dengan melimpahnya sumber daya manusia yang ada.
Perry menjelaskan tiga hal yang dapat menjadi bahan pembelajaran Indonesia dari negara lain bila ingin sukses mengelola ekonomi syariah. Pertama adalah komitmen pemerintah pusat untuk mengelola dan memperbaiki sistem yang ada.
Kedua ialah sinergi antarinstitusi pemerintahan. Hal ini dapat dicapai melalui pembuatan program atau kebijakan yang tidak saling tumpang tindih antarlembaga. Sementara hal ketiga yaitu kerja sama intensif dengan pihak swasta melalui asosiasi-asosiasi terkait.
Sementara itu, seperti dikatakan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, meskipun Indonesia memiliki jumlah SDM cukup banyak, kualitasnya masih kurang unggul. Padahal bila dimanfaatkan dengan baik, Indonesia akan mendapat manfaat maksimal dari ekonomi syariah.
"Masih diperlukan upaya investasi dan pendidikan yang masif supaya Indonesia dapat mengejar ketertinggalan," jelas Sri.
Faktor lain yang harus diperbaiki Indonesia adalah kemampuan penetrasi pasar. Meskipun Indonesia merupakan salah satu negara dengan kekuatan ekonomi terbesar, penetrasi pasar Indonesia, terutama pasar industri syariah, masih lebih rendah bila dibandingkan dengan Turki.
Selain itu, tata kelola perekonomian syariah juga masih kurang. Masyarakat Indonesia terjebak pada asumsi syariah yang berkaitan dengan nilai-nilai agama Islam.
"Karena berbau syariah, ini pasti tidak ada yang menipu. Padahal, kita harus tetap membangun kredibilitas, integritas, kepercayaan investor serta dikombinasikan dengan business process dan tata kelola yang baik," terang Sri Mulyani.