Bumi etam tanpa pertambangan batu bara mungkin ibarat sayur tanpa garam. Tingkat ketergantungan Kalimantan pada sumber daya alam itu sangat besar melebihi Papua dan Riau yang juga identik dengan wilayah sumber daya alam.
Sepanjang 2018, Kalimantan Timur telah melakukan ekspor senilai US$18,6 miliar yang meliputi batu bara briket dan turunannya.
Hingga Juli 2019, sektor pertambangan dan penggalian menjadi kontributor dominan dalam penerimaan pajak kantor wilayah Kalimantan Timur dan Utara (Kaltimtara) sebesar 36,79% atau senilai Rp4 triliun.
Tak mengherankan, sumber pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur pada triwulan II/2019 berdasarkan lapangan usaha masih didominasi oleh pertambangan sebesar 3,2%.
Gubernur Kalimantan Timur Isran Noor mengatakan, aktivitas pengembangan wilayah seperti ibu kota baru akan melahirkan potensi dan berdampak positif kepada perekonomian daerah terutama transaksi dan investasi.
Gubernur meyakini transformasi ekonomi bumi etam akan terjadi. Sektor andalan pemerintah provinsi Kalimanta Timur yaitu pertambangan dan batu bara akan mengalami pergeseran secara alamiah.
“Tambang suatu saat akan selesai. Jadi nggak bisa mau dilakukan atau tidak dilakukan pergeseran akan terjadi secara alamiah sendiri. Kami akan mulai menyiapkan industri manufaktur, hilirisasi produk tambang batu bara serta hilirisasi minyak sawit itu sendiri,” ungkapnya.