Bisnis.com, JAKARTA -- Maskapai Garuda Indonesia menargetkan volume kargo udara mencapai 2 juta ton pada 2025 mendatang dengan memaksimalkan cargo village, cargo freighter dan pesawat drone untuk melayani kiriman domestik dan internasional.
VP Commercial Cargo Garuda Indonesia, Dedy Irawan menuturkan potensi kargo udara masih besar mengingat pertumbuhan bisnis perdagangan elektronik (e-commerce) dan barang-barang segar di Indonesia masih akan terus meningkat.
Saat ini, Garuda melayani pengiriman kargo 500 ton per hari dengan 300 ton di antaranya berasal dan melalui Bandara Soekarno-Hatta (CGK).
"Jadi kami sampai dengan 2025, kita lagi bangun cargo village bersama Angkasa Pura II, mudah-mudahan 2021 sudah mulai beroperasi. Itu targetnya 2 juta ton setahun [pada 2025]," jelasnya kepada Bisnis.com, belum lama ini.
Dia menyatakan langkah menggenjot pendapatan dari kargo udara ini bukan tanpa sebab. Berdasarkan laporan keuangan semester I/2019, pendapatan dari kargo Garuda tumbuh 29,8 persen dari tahun sebelumnya.
Pendapatan dari kargo pada semester I/2019 mencapai US$161,62 juta, sedangkan pada periode yang sama tahun lalu hanya US$124,45 juta.
Adapun, upaya menggenjot pendapatan dari bisnis kargo ini dilakukan melalui tiga hal, yakni pembentukan cargo village di Bandara Soekarno Hatta, pengadaan 2 unit pesawat freighter, serta pengadaan drone atau unmanned aricraft system (UAS) untuk kargo.
Rencananya, pergudangan yang digunakan untuk kargo udara di Soekarno-Hatta saat ini akan diratakan dan dipindahkan dekat terminal, sehingga memudahkan aktivitas bongkar muat kargo udara.
Aktivitas pengiriman kargo emiten dengan kode GIAA dilayani melalui kerja sama dengan Myindo Airlines untuk penerbangan domestik, sementara yang internasional Garuda sudan memiliki 2 unit pesawat freighter sendiri.