Bisnis.com, MANGUPURA -- Sulitnya pembukaan pakta kerja sama dagang dengan sejumlah blok negara di Afrika, membuat Indonesia berupaya melakukan pendekatan secara bilateral.
Direktur Perundingan Bilateral Kementerian Perdagangan Ni Made Ayu Marthini mengatakan, salah satu contohnya adalah dengan pendekatan bilateral dengan negara-negara seperti Tanzania, dan Uganda.
Pendekatan kepada negara negara tersebut menurutnya dapat dijadikan Indonesia sebagai pintu masuk menggelar kerja sama dagang bebas dengan blok negara East Africa Community (EAC). Pasalnya, lanjutnya, selama ini upaya Indonesia untuk membuka kerja sama dagang bebas dengan blok tersebut masih relatif sulit.
“Kita upayakan melakukan pendekatan bilateral dengan negara-negara tersebut, supaya negara-negara tersebut dapat mendorong EAC menggelar preferential trade agreement (PTA) dengan kita. Selama ini kita memang sudah mengincar EAC sebagai mitra kerja sama dagang bebas,” ujarnya kepada Bisnism.com, Senin (19/8/2019).
Langkah tersebut salah satunya akan dilakukan oleh Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita dalam forum Indonesia-Africa Infrastructur Dialogue (IAID) pada 20 Agustus 2019 di Nusa Dua, Bali. Dalam forum tersebut, Mendag akan menggelar pertemuan bilateral dengan pejabat pemerintahan dari Tanzania dan Uganda.
Selain melakukan pertemuan bilateral dengan negara anggota EAC, pada hari yang sama Mendag Enggar juga dijadwalkan melakukan pertemuan dengan pejabat dari Djibouti dan Somalia.
Baca Juga
Made mengatakan, selain dijadikan sebagai pintu masuk pembentukan pakta dagang dengan blok negara yang ada di Afrika, pendekatan bilateral dengan negara-negara Benua Hitam dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan potensi perdagangan dengan Indonesia.
“Negara-negara Afrika sangat potensial bagi Indonesia untuk melakukan diversifikasi pasar ekspor. Kita bisa memanfaatkan pasar negara tersebut untuk mengekspor produk jadi, melalui pendalaman dan peningkatan perdagangan antarnegara,” ujarnya.
Menurutnya, Indonesia memiliki potensi untuk meningkatkan ekspornya pada produk kertas, minyak goreng, makanan dan minuman, sabun, margarin, tekstil dan produk tekstil serta otomotif.
Wakil Ketua Bidang Perdagangan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Benny Soetrisno mengatakan, pendekatan dan kerja sama dagang secara bilateral dengan negara di kawasan Afrika sangat penting dilakukan. Pasalnya, saat ini cukup banyak negara yang menyasar Afrika sebagai mitra dagang lantaran pesatnya perekonomian negara tersebut.
“Pendekatan dan pembuatan kerja sama dagang secara bilateral dengan negara Afrika wajib dilakukan agar kita tidak ketinggalan dengan negara lain. Sebab kalau kita lebih fokus ke pembuatan kerja sama melalui pendekatan ke blok negara, tantangannya lebih banyak karena kesepakatannya dilakukan dengan banyak negara sekaligus,” katanya.
Namun demikian, dia meminta agar pemerintah mengupayakan agar kerja sama dagang dengan negara-negara Afrika ditekankan pada penghapusan hambatan nontarif. Sebab, menurutnya, selama ini negara di Afrika terkenal dengan tingginya hambatan nontarif.
Dia mengatakan, Indonesia dapat memanfaatkan pasar Afrika untuk memacu eksporproduk manufaktur. Pasalnya, negara di kawasan tersebut belum memiliki industri yang mumpuni.
Benny melanjutkan, Indonesia juga dapat memanfaatkan impor produk perkebunan seperti kapas dan kakao dari negara di benua tersebut, untuk diolah kembali sebagai produk jadi yang akhirnya diekspor kembali.
“Selain itu kita juga bisa bekerja sama di sektor pariwisata. Kita bisa menarik wisatawan mancanegara dari negara-negara tersebut yang perekonomiannya sedang tumbuh sehingga cukup banyak masyarakatnya yang mengalami kenaikan pendapatan,” paparnya.
Sementara itu, Ketua Komite Tetap Bidang Ekspor Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Handito Joewono sepakat pendekatan secara bilateral dibutuhkan untuk mengakses pasar Afrika. Langkah tersebut, menurutnya sudah dilakukan oleh China dalam beberapa tahun terakhir.
“Kalau memungkinkan kita buat saja perjanjian dagang bebas baik PTA maupun free trade agreement (FTA) secara bilateral dengan negara Afrika. Sebab perjanjian dagang secara bilateral mkan membuat kita lebih mudah mendetailkan setiap poin yang dikerja samakan dibandingkan dengan melalui blok negara,” jelasnya.
Dia menambahkan, pemerintah juga harus memanfaatkan pendekatan secara bilateral dengan negara Afrika tidak hanya pada sektor perdagangan saja, melainkan terhadap arus investasi. Dia menilai, negara-negara Afrika dapat menjadi lokasi yang menarik bagi investor asal Indonesia.
“Potensi investasi di negara Afrika sangat besar. Kita bisa berinvestasi di sektor pengolahan makanan dan minuman, infrasruktur hingga teknologi informasi dan keuangan,” pungkasnya.