Bisnis.com, TANGERANG SELATAN - Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BLI KLHK) meluncurkan desain lanskap mitigasi pencemaran timbel di kawasan industri.
Adapun, inovasi mitigasi ini dihasilkan oleh Pusat Litbang Kualitas dan Laboratorium Lingkungan (P3KLL) BLI KLHK.
Kepala P3KLL Herman Hermawan menyampaikan penelitian ini berawal dari fakta yang menunjukkan bahwa sumber pencemaran timbel saat ini didominasi dari aktivitas peleburan aki bekas.
"Peleburan aki bekas yang masih banyak ditemui menjadi sumber utama pencemaran timbel, baik melalui udara, air, dan tanah," kata Herman di kompleks Puspitek, Serpong, Tangerang Selatan, Selasa (13/8).
Padahal, tingginya konsentrasi pencemaran timbel sangat berbahaya bagi tubuh manusia karena dapat menyebabkan kematian. Apabila pencemaran timbel di udara terakumulasi untuk masyarakat sekitarnya karena dampak yang diakibatkan sangat berpengaruh pada kesehatan manusia bahkan dapat menyebabkan kematian.
Kendati demikian, pencemaran timbel masih ditemukan dari beberapa kawasan industri, khususnya industri peleburan aki.
Contohnya saja, uji coba yang dilakukan di daerah Cinangka dan Parung Panjang Kabupaten Bogor menunjukan bahwa kadar timbel dalam tanah di sekitar lokasi daur ulang aki bekas di daerah Cinangka adalah 14393 mg/Kg dan kadar timbel di dalam tanah di sekitar lokasi daur ulang aki bekas di Parung Panjang mencapai 10.421 mg/Kg.
Kemudian, di lokasi bekas pembakaran aki bekas 12.288 mg/Kg dan pencemaran timbel di dalam tanah sawah di Parung panjang mencapai 1.634 mg/Kg.
Kadar timbel dalam daun di Cinangka Bogor berkisar 48-577 mg/Kg, dan daun di Parung Panjang berkisar 1,2-132 mg/Kg.
Oleh karena itu, Herman mengatakan desain lanskap diharapkan dapat menjadi salah satu komponen penanganan bencana yang diakibatkan dari pencemaran timbel tersebut.
Adapun, mitigasi pencemaran timbel ini diterapkan dengan menanam pohon jenis mahoni, flamboyan, dan Pinus.
Ketiga jenis tanaman tersebut dipilih karena berdasarkan penelitian yang dilakukan P3KLL, tiga jenis tanaman itu mempunyai kemampuan menyerap timbel secara efektif khususnya untuk daerah yang berada di sekitar kawasan industri yaitu antara 30,77 hingga 770,8 ppm (mg/kg).
“Sampai dengan saat ini P3KLL masih melakukan monitoring efektivitas tanaman dalam mitigasi dampak pencemaran timbel di udara di sekitar kawasan industri," ujar Herman.
P3KLL juga bekerja sama dengan Fakultas Kesehatan Masyarakat-Universitas Indonesia (FKM-UI), Pusat Sains dan Teknologi Nuklir-Badan Tenaga Nuklir Nasional (PSTN-BATAN), serta Komite Penghapusan Bensin Bertimbel (KPBB) guna melakukan penanganan pencemaran timbel.