Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Serapan Kabel Listrik Diproyeksi Naik 20 Persen Tahun Ini

Hal tersebut berdasarkan penghitungan pertambahan volume kabel dan penurunan nilai kontrak harga satuan (KHS) oleh PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) pada tahun ini.
Gulungan kabel di sebuah pabrik kabel. / Bisnis -swi
Gulungan kabel di sebuah pabrik kabel. / Bisnis -swi

Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Pabrik Kabel Indonesia (Apkabel) memproyeksikan kebutuhan kabel untuk distribusi listrik ke masyarakat meningkat sekitar 20% secara tahunan.

Hal tersebut berdasarkan penghitungan pertambahan volume kabel dan penurunan nilai kontrak harga satuan (KHS) oleh PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) pada tahun ini.

Asosiasi mencatat nilai serapan kabel listrik pada tahun lalu senilai Rp4,5 triliun. Adapun, nilai kabel listrik pada tahun ini naik 28,88% secara tahunan menjadi Rp5,8 triliun. Adapun, KHS ikut turun sesuai dengan penurunan harga bahan baku aluminium di London Metal Exchange pada tahun ini. Serapan volume kabel listrik pada tahun ini pun diproyeksi akan berakselerasi.

Ketua Umum Apkabel Noval Jamalullail mengatakan proyeksi tersebut kerap tidak sesuai dengan realisasi serapan pada tahun-tahun sebelumnya. Noval mengatakan pertumbuhan rata-rata konsumsi kabel listrik domestik sekitar 10% tiap tahun.

Dia mengatakan tingginya serapan kabel listrik di dalam negeri disebabkan oleh rendahnya rasio elektrifikasi nasional yang baru di level 0,78 pada 2016. Rasio elektrifikasi pada tahun ini ditargetkan berada di kisaran 0,9.

“Kalau [rasio] elektrifikasinya 0,98 maka linier dengan kenaikan penduduk. Kan sekarang mengejar utnuk 100% saja belum,” ujarnya kepada Bisnis, Senin (5/8/2019).

Pihaknya belum menghitung pertumbuhan serapan kabel listrik untuk kebutuhan transmisi. Namun, asosiasi mencatat kapasitas terpasang pabrikan High Voltage Cable tumbuh 20% pada tahun ini menjadi 3.600 Km dari realisasi tahun lalu sepanjang 3.000 Km.

Noval mengatakan kebutuhan kabel transmisi masih tinggi mengingat beberapa investor masih menahan menanamkan dananya di dalam negeri menunggu kepastian ketersediaan sumber daya listrik. Selain itu, beberapa fasilitas produksi industri pun terhenti karena masih rendahnya sebaran listrik di daerah-daerah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Andi M. Arief
Editor : Galih Kurniawan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper