Bisnis.com, JAKARTA – Lenzing Group memproduksi 323.000 ton serat per tahun untuk industri tekstildan nonwoven. Adapun, 50 persen dari total produksi tersebut diekspor ke negara-negara Asia Tenggara.
Lenzing merupakan perusahaan internasional asal Austria yang bernaung di bawah PT South Pasific Viscose (SPV) ini memproduksi serat berkualitas tinggi dari bahan baku alami terbarukan, ramah lingkungan dan berteknologi inovatif.
Wiston A. Mulyadi, Commercial Head South East Asia SVP mengatakan serat tersebut terbuat dari serat berbasis kayu yang memiliki daya urai.
“Hal ini karena kami ingin berkontribusi dalam membangun industri tekstil yang berkelanjutan dan ramah lingkungan,” katanya di Jakarta, Selasa malam (23/7/2019).
Dia menambahkan, pihaknya memproduksi tiga jenis serat yakni viscose, modal, dan lyocell. Serat-serat tersebut biasanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan industri tekstil, industri nonwoven, dan sebagainya.
Wiston menyampaikan, untuk industri tekstil, brand yang menggunakan serat dari Lenzing adalah H&M, Uniqlo, Zara, Jockey dan sebagainya.
Baca Juga
Kemudian, untuk industri nonwoven, serat Lenzing digunakan oleh produsen kosmetik seperti L'OREAL, Cotton Tree, Vivelle dan Wardah.
Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku, Wiston mengakui pihaknya masih mengimpor bahan baku berupa dissolving pulp yang terbuat dari jenis kayu blackwood dan eukaliptus dari Austria, Alabama, dan Inggris.
“Karena saat ini masih belum ada supplier dissolving pulp di Indonesia yang bahan baku kayunya itu sudah tersertifikasi oleh Forest Stewardship Council [FSC],” jelasnya.
Namun demikian, dia tidak menjelaskan lebih lanjut berapa besaran volume impor dissolving pulp tersebut.
Sebelumnya, Asosiasi Produsen Synthetic Fiber Indonesia (APSyFI) mencatatkan konsumsi serat rayon dalam negeri mencapai 350.000 ton.
Di sisi lain, konsumsi serat di dalam negeri masih didominasi oleh serat polyester sekitar 630.000 ton dan katun sekitar 600.000 ton.