Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Lorena Masih Tunggu Regulasi Bus Listrik

PT Ekasari Lorena Transport Tbk. masih menanti regulasi dan infrastruktur penunjang untuk menjajaki investasi bus listrik, karena membangun armada jenis itu dibutuhkan kepastian dan investasi yang tidak murah.
Managing Director Commercial Vehicle Mercedes Benz Indonesia Ralf Kraemer (kiri), bersama Managing Director PT Lorena Transport Tbk Dwi Rianta Soerbakti berfoto dengan bis Mercedes Benz 2542 Double Deckers, di Jakarta, Selasa (6/6)./JIBI-Dedi Gunawan
Managing Director Commercial Vehicle Mercedes Benz Indonesia Ralf Kraemer (kiri), bersama Managing Director PT Lorena Transport Tbk Dwi Rianta Soerbakti berfoto dengan bis Mercedes Benz 2542 Double Deckers, di Jakarta, Selasa (6/6)./JIBI-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA -- PT Ekasari Lorena Transport Tbk. masih menanti regulasi dan infrastruktur penunjang untuk menjajaki investasi bus listrik, karena membangun armada jenis itu dibutuhkan kepastian dan investasi yang tidak murah.

Managing Director PT Ekasari Lorena Transport Tbk (LRNA) dan Karina Transport Dwi Ryanta Soerbakti  menuturkan pihaknya sangat menyetujui tren pergerseran angkutan umum bus dari yang bertenaga bahan bakar minyak (BBM) solar menjadi tenaga listrik.

"Ke depannya kita sudah harus mencoba alternatif lain seperti bis listrik. Saya akan menjadi pendukung utama dari pihak swasta," katanya kepada Bisnis.com, Selasa (23/7/2019).

Namun, dia mensyaratkan perlu adanya infrastruktur pendukung untuk bus listrik seperti tempat pengisian baterai. Kemudian dibutuhkan perizinan-perizinan dari instansi terkait serta komitmen dari PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) untuk mendukung program ini harus siap terlebih dahulu. 

"Tanpa hal-hal tersebut di atas, kesulitan-kesulitan operasional akan membuat program yang bagus itu menjadi mati," ujarnya.

Ketika seluruh prasyarat tersebut terpenuhi, dia menilai bus listrik akan banyak membantu perusahaan angkutan umum. Alasannya, komponen terbesar dari biaya perjalanan atau biaya langsung adalah biaya bahan bakar minyak (BBM).

Selain itu, lubang kebocoran BBM yang selama ini terjadi juga otomatis menghilang, sehingga efisiensi dalam pengoperasian armada dapat tercipta.

Dia menuturkan prasyarat regulasi dan infrastruktu menjadi mutlak diperlukan agar program tersebut berjalan lancar.

"Kami ini suka terbalik-balik, busnya dulu ada, infrastrukturnya, aturan-aturan dan lain-lain ketinggalan," katanya.

Di sisi lain, dia mengatakan biaya investasi bus listrik masih mahal sehingga pihaknya masih menanti kepastian usaha tersebut baru mulai melakukan ekspansi armadanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper