Bisnis.com, JAKARTA - Kebijakan Pemerintah menyediakan penerbangan murah Low Cost Carrier (LCC) setiap Selasa, Kamis, dan Sabtu pada jam keberangkatan antara pukul 10.00 hingga 14.00 waktu setempat baru baru berdampak pada kenaikan pergerakan wisatawan domestik sebesar 5%.
Untuk diketahui, pemerintah per 11 Juli mulai memberlakukan harga tiket penerbangan murah di hari tertentu itu diberikan diskon sebesar 50% dari tarif batas atas (TBA) dengan alokasi seat tertentu yakni 30% dari total kapasitas pesawat.
Wakil Ketua Umum DPP Asosiasi Travel Agent Indonesia (Astindo) Rudiana Jones mengatakan kebijakan itu hingga saat ini belum dapat memulihkan kondisi pariwisata di Indonesia. Pasalnya, penerbangan murah ini hanya di waktu tertentu saja, tidak merata setiap hari yang akan berdampak secara langsung.
"Dampaknya naiknya masih kecil saja 4%, padahal tiket yang mahal sejak awal tahun ini berdampak signifikan 30% pada wisatawan di domestik," ujarnya kepada Bisnis.com, Senin (22/7/2019).
Menurutnya, pemerintah memberikan slot yang lebih besar dan memberlakukan penerbangan murah setiap hari pada pesawat LCC ini tentu akan berdampak pulihnya pergerakan wisatawan di domestik.
"Kalau setiap hari diberlakukan tiket murah, Senin sampai Sabtu maka saya kira dampaknya akan signifikan," kata Rudiana.
Vice President Brand and Communication Panorama Group AB Sadewa menuturkan diberlakukannya kebijakan tiket murah untuk waktu tertentu ini masih sangat kecil dampaknya kepada pariwisata di Tanah Air.
"Masih sedikit masyarakat yang memesan tiket dan paket wisata di dalam negeri, kenaikannya masih 3% hingga 4% saja," ucapnya.
Kondisi pariwisata Indonesia dapat pulih kembali apabila pemeirintah dapat pemberian harga murah dapat dilakukan setiap hari di jam pagi dan malam.
"Waktu penerbangan murah yang diberikan itu juga di jam yang tak banyak wisatawan pergi," ujarnya.
Wakil Ketua Umum Bidang Organisasi Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran mengatakan geliat sektor perhotelan memang kembali bergairah mesti belum secara signifikan akibat adanya kebijakan tiket pesawat murah. Adapun, sejak ditetapkannya kebijakan itu, terdapat kenaikan okupansi sekitar 2% hingga 3% saja dan tak semua terjadi di kota-kota di Indonesia
Menurutnya, dengan memberikan seat terbatas penerbangan murah ini, tak bisa berdampak signifikan kondisi pariwisata Tanah Air. Negara Indonesia merupakan kepulauan dimana untuk berpergian pun membutuhkan pesawat udara sebagai transportasi primer.
"Untuk daerah seperti Papua, Sulawesi, Kalimantan masih belum berdampak adanya kebijakan ini," tuturnya.
Pihaknya mendesak agar pemerintah dapat berani mengambil langkah memberikan waktu penerbangan murah setiap hari dan terutama untuk penerbangan ke destinasi wisata. Hal ini agar destinasi wisata di Indonesia banyak dikunjungi.
"Bisa diberikan slot penerbangan murah setiap hari ke destinasi wisata atau kalau tidak ya pas low season, agar pergerakan wisatawan juga besar," terangnnya.
Ketua BPD Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Sulawesi Selatan Anggiat Sinaga berpendapat kebijakan pemerintah dengan memberikan seat terbatas penerbangan murah hingga ini belum ada dampaknya. Pasalnya tiket untuk maskapai LCC di waktu tertentu itu masih tinggi harganya.
"Okupansi hotel masih 30% saja. Ini belum berdampak sama sekali. Pemerintah harus berani enggak 3 hari penerbangan murah tetapi setiap hari," katanya.
Chairman Bali Hotel Association Ricky Putra mengatakan sudah ada kenaikan kunjungan wisatawan ke Bali terutama turis domestik sebesar 1% dalam 10 hari adanya kebijakan penerbangan murah.
Dia berharap pemerintah dapat memberikan alternatif lain untuk menggerakkan wisatawan nusantara ke Bali. Pasalnya, dalam lima bulan terakhir, akibatnya tiket maskapai yang mahal sangat berdampak pada penurunan kedatangan wisnus hingga 20%.
"Dampaknya sangat besar. Kami berharap pemerintah terus mengevaluasi dan memberikan alternatif lain agar bisa meningkatkan kunjungan wisatawan," ujarnya.
Sementara itu, Staf Khusus Menteri Bidang Konektivitas Kementerian Pariwisata Judi Rifajantoro mengatakan kebijakan penerbangan saja dikeluarkan oleh pemerintah ini hanya berdampak pada kenaikan pergerakan wisatawan nusantara sebesar 3%. Hal itu dikarenakan jam penerbangan yang terbatas dan slot kursi yang juga terbatas.
"Dampaknya hanya 3%, padahal kata travel agent mengalami penurunan wisatawan akibat tiket mahal ini 30%. Kebijakan ini masih terlalu kecil dampaknya, namun sekarang adanya kebijakan ini sudah ada pilihan harga murah untuk masyarakat yang ingin berwisata meski terbatas di waktu tertentu," tuturnya.