Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Pertanian mencatat secara volume, ekspor produk perkebunan sepanjang Januari—Mei 2019 meningkat tipis, meskipun secara nilai terkoreksi karena melemahnya pasar global.
Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian Kasdi Subagyono tak memungkiri bahwa turunnya nilai ekspor komoditas perkebunan dipengaruhi oleh harga CPO dan karet yang masih rendah. Namun, volume ekspor komoditas perkebunan sejatinya mengalami peningkatan.
Untuk Januari sampai Mei 2019, Kasdi menyebutkan volume ekspor produk perkebunan mencapai 16,37 juta ton, meningkat 5,03 persen dibanding dengan periode yang sama pada 2018 dengan volume 15,5 juta ton. Adapun untuk nilai ekspor, Kasdi mencatat terjadi penurunan 15,27 persen dari US$11,53 miliar untuk Januari-Mei 2018 menjad US$9,77 miliar pada Januari-Mei 2019.
“Penyebab penurunan nilai ekspor ini disebabkan harga komoditas ekspor utama di pasar global seperti CPO dan karet,” kata Kasdi saat dihubungi Bisnis, Selasa (16/7/2019).
Dalam laporan terbaru Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor komoditas perkebunan sepanjang Januari-Mei 2019 terkoreksi 15,27 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada 2018 di tengah tren harga global untuk CPO dan karet yang masih jauh dari harapan.
Nilai ekspor lemak dan minyak hewani/ nabati (HS 15) yang sebagian besar berasal dari minyak sawit anjlok sampai 18,13 persen sepanjang semester I/2019 dibanding periode yang sama tahun lalu. Golongan barang tersebut berkontribusi sebesar 10,89 persen terhadap total ekspor nonmigas selama Januari-Juni 2019 dengan nilai mencapai US$8,082 miliar.
Baca Juga
Hal serupa juga terlihat dari performa ekspor karet dan barang dari karet (HS 40). Dari segi nilai, ekspor golongan barang ini turun dari US$3,383 miliar pada semester I/2018 menjadi US$2,962 miliar pada 2019 atau terkoreksi 8,53 persen. Harga global yang turun mau tak mau harus membuat pemerintah mengambil sejumlah langkah antisipasi.