Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Institut Teknologi Karet Bakal Dibentuk

Dewan Karet Indonesia (Dekarindo) berencana mendirikan Institut Teknologi Karet agar pengolahan karet bisa lebih luas.
Warga menyadap getah karet di Desa Balai Rajo, VII Koto Ilir, Tebo, Jambi, Selasa (23/4/2019). Harga jual getah di pasar lelang karet desa setempat naik dari Rp.8.500 per kilogram pada bulan lalu menjadi Rp.9.600 dalam beberapa hari terakhir. ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan
Warga menyadap getah karet di Desa Balai Rajo, VII Koto Ilir, Tebo, Jambi, Selasa (23/4/2019). Harga jual getah di pasar lelang karet desa setempat naik dari Rp.8.500 per kilogram pada bulan lalu menjadi Rp.9.600 dalam beberapa hari terakhir. ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan

Bisnis.com, JAKARTA – Dewan Karet Indonesia (Dekarindo) berencana mendirikan Institut Teknologi Karet agar pengolahan karet bisa lebih luas. Pasalnya selama ini pengolahan hanya fokus pada ban saja.

“Kami berencana mendirikan Institut Teknologi Karet supaya bisa berkembang jangan di ban saja," kata Ketua Umum Dekarindo Azis Pane di Jakarta belum lama ini.

Pria yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Asosiasi Produsen Ban Indonesia (APBI) ini mengatakan institut tersebut rencananya berupa sekolah untuk jenjang S2. Dalam proyek ini Dekarindo bekerja sama dengan salah satu balai penelitian.

"Saat ini masih dalam tahap penjajakan," ujar Azis.

Sementara itu, pihaknya menyambut baik dukungan pemerintah melalui Kementerian Perindustrian yang mendorong industri vulkanisir ban.

Menurutnya, sektor ini juga dapat meningkatkan serapan karet karena pada prosesnya menggunakan telapak ban yang ditempelkan pada ban yang sudah dihaluskan.

Dalam waktu dekat, Kemenperin akan menerapkan standar proses produksi ban vulkanisir yang baik atau good manufacturing practice (GMP). Standar ini bertujuan untuk menjaga kualitas produk, terutama dari industri kecil dan menengah.

Ahmad Gunawan, Sekjen Asosiasi Pabrik Vulkanisir Ban Indonesia (Apvubindo), mengatakan di industri ini sebenarnya sudah ada Standar Nasional Indonesia (SNI). Namun, penerapannya masih sukarela dan sulit dipenuhi oleh pelaku di segmen industri kecil dan menengah.

Padahal, dari sekitar 1.000 pelaku industri vulkanisir ban, sekitar 80% di antaranya merupakan industri kecil dan menengah. Oleh karena itu, asosiasi dan Kemenperin bekerja sama dalam penyusunan GMP yang dimulai pada tahun lalu.

"Nanti tanggal 15 Juli ini akan difinalisasi, draf kami sosialisasikan ke masyarakat umum, pengguna, produsen dan kementerian terkait untuk mendapatkan feedback kekurangan dan kelebihannya apa. Baru kemudian diputuskan," ujarnya.

Pelaksanaan GMP akan tertuang dalam aturan berupa Keputusan Menteri Perindustrian sebagai pengganti SNI sukarela. GMP ini bertujuan menjaga kualitas ban vulkanisir, terutama yang dihasilkan oleh IKM karena saat ini standar produknya belum sama.

Sementara itu, Dirjen Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (IKFT) Kemenperin Achmad Sigit Dwiwahjono menuturkan untuk meningkatkan serapan karet alam dalam negeri pihaknya gencar mendorong transformasi dan penguatan komoditas karet dengan memperluas produksi karet di hilir.

Kemenperin berupaya meningkatkan penyerapan bahan baku karet melalui teknologi aspal karet dengan menggandeng Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) guna mendorong penggunaan aspal karet di jalan tol seluruh Indonesia.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper