Bisnis.com, JAKARTA —Program Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) 2019 dinilai sudah cukup efektif memeratakan jumlah mahasiswa antara perguruan tinggi negeri dan perguruan tinggi swasta.
Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) Budi Djatmiko mengatakan selama ini selisih jumlah mahasiswa yang ada di perguruan tinggi negeri (PTN) dan perguruan tinggi swasta (PTS) sangat besar. Pasalnya, jumlah PTN umum di Indonesia hanya122 instansi, sedangkan PTS 3.128 instansi.
Pada 2017, jumlah mahasiswa yang berada di universitas negeri mencapai mencapai 1,97 juta mahasiswa dan 3,2 juta mahasiswa swasta.
"Ini terjadi gap, di mana jumlah PTN sedikit tetapi mahasiswanya banyak dibandingkan dengan PTS yang jumlahnya perguruan tingginya banyak tetapi mahasiswanya menjadi rebutan," ujarnya kepada Bisnis.com, Selasa (9/7/2019).
Dengan SBMPTN ini, lanjutnya, akan terjadi pemerataan mahasiswa karena dilakukan test ujian berbasis komputer dahulu baru mendaftar ke perguruan tinggi.
Selama ini, di Indonesia terdapat pandangan untuk berkuliah di PTN lebih prestisius dibandingkan dengan mengeyam pendidikan di sekolah swasta sehingga PTS kerap kali dinomorduakan.
"Cara ini membuat calon mahasiswa mengukur kemampuannya. Jadi kalau nilainya tidak sesuai ya mendaftar di perguruan tinggi swasta. Dan ini enggak bisa pakai orang dalem atau calo dengan biaya mahal, soalnya berbasis komputer," tutur Budi.