Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Subtitusi Impor Bahan Baku Kosmetik Mendesak

Pelaku industri kosmetik memandang pengembangan bahan baku di dalam negeri sangat memungkinkan dengan potensi yang ada. Untuk itu, dibutuhkan pendalaman struktur industri supaya ketergantungan bahan baku impor berkurang.
Ilustrasi/Antara
Ilustrasi/Antara

Bisnis.com, JAKARTA – Pelaku industri kosmetik memandang pengembangan bahan baku di dalam negeri sangat memungkinkan dengan potensi yang ada. Untuk itu, dibutuhkan pendalaman struktur industri supaya ketergantungan bahan baku impor berkurang.

Sancoyo Antarikso, Ketua Umum Persatuan Perusahaan Kosmetika Indonesia (Perkosmi), mengatakan saat ini sebesar 80% bahan baku kosmetik masih didatangkan dari luar negeri. Namun, dia melihat Indonesia mampu mensubtitusi bahan baku impor ke depannya.

"Indonesia bisa melakukan subtitusi bahan baku, makanya salah satu bahan utama kosmetik, oleochemical, harus digenjot terus," katanya di Jakarta belum lama ini.

Dia mengatakan selain oleochemical, beberapa bahan baku yang bisa disupplai dari dalam negeri yaitu parfum, yang berasal dari minyak atsiri dan nilam.

Sayangnya, saat ini nilam banyak diekspor yang kemudian masuk kembali ke Indonesia setelah diolah lebih lanjut di negara lain dengan harga yang lebih tinggi.

Begitu juga dengan produk palm kernel oil yang semestinya bisa diolah lebih lanjut di dalam negeri ketimbang diekspor dan masuk kembali ke pasar domestik.

"Palm kernel oil daripada diekspor mentah mendingan diolah di sini menjadi fatty acid, fatty alcohol dan lainnya. Nilai tambahnya akan semakin tinggi," katanya.

Industri kosmetik merupakan salah satu industri yang memiliki pertumbuhan positif dan lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sepanjang kuartal I/2019 industri farmasi, produk obat kimia, dan obat tradisional tumbuh sebesar 8,12% secara tahunan dengan nilai PDB sebesar Rp21,9 triliun.

Segmen kosmetik, perawatan kulit, dan personal care diproyeksikan tumbuh pada angka 9% untuk tahun ini. Pada 2018, nilai pasar segmen ini mencapai Rp50 triliun.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper