Bisnis.com, JAKARTA - Pengunduran diri Direktur Pelaksana International Monetary Fund (IMF) Christine Lagarde yang mendadak diperkirakan akan memicu debat global terkait siapa yang akan menggantikan posisinya.
Akankah IMF melanjutkan tradisinya dengan merekrut calon dari Eropa? Beranikah IMF membuka peluang bagi calon potensial dari negara berkembang?
Sejak berdiri pada 1945, lembaga peminjam yang berbasis di Washington tersebut selalu dipimpin oleh seorang berkewarganegaraan Eropa. Ini menyiratkan bahwa IMF berada di bawah naungan Eropa sementara World Bank adalah ranah Amerika Serikat.
Pengaturan itu bertahan hingga awal tahun ini ketika mantan pejabat Departemen Keuangan AS David Malpass dipilih menjadi Ketua Bank Dunia.
Di sisi lain, beberapa negara telah mendorong perwakilan dari pasar negara berkembang untuk mengambil alih IMF guna mencerminkan peningkatan kekuatan yang dimiliki negara-negara seperti China dan India dalam ekonomi dunia.
Lagarde akan melepas tanggung jawabnya di IMF selama periode pencalonan. Wakil Direktur Pelaksana Pertama IMF, David Lipton akan menggantikan perannya di lembaga tersebut.
"Saya merasa terhormat telah dinominasikan untuk presiden ECB," kata Lagarde dalam sebuah pernyataan dikutip dari Bloomberg, Rabu (3/7/2019).
Proses pemilihan direktur IMF dilakukan oleh 24 anggota dewan direktur eksekutif yang mewakili negara-negara anggota. Mereka sudah disumpah bahwa pemilihan akan dilakukan berdasarkan prestasi dan suara konsensus.
Namun, pada kenyataannya, pada proses pemilihan direktur IMF terakhir, kesepakatan pertama kali dilakukan oleh pemerintah Eropa untuk kemudian disahkan oleh Amerika Serikat.
Tidak ada penolakan ketika Lagarde memasuki masa jabatan kedua pada 2016, namun persaingan di masa jabatan pertamanya, yakni pada 2011, cukup sengit.
Dengan jumlah suara yang lebih sedikit, negara-negara berkembang gagal untuk mengusung calonnya, membuka jalan bagi Lagarde untuk dengan mudah mengalahkan Agustin Carstens, yang saat itu menjadi gubernur bank sentral Meksiko.
Di IMF, Lagarde telah menandatangani beberapa bailout namun juga berusaha memberikan suara kepada negara-negara berkembang seperti China, sambil memberikan penekanan lebih besar pada isu-isu termasuk perubahan iklim dan pendapatan serta ketidaksetaraan gender.
Langkahnya telah membantu memperluas citra IMF di luar reputasinya sebagai penasihat anggaran dan kebijakan untuk meliberalisasi ekonomi negara.
Dia juga berulang kali mengutip perang dagang AS-China sebagai risiko utama bagi ekonomi global, pandangan yang bertentangan dengan administrasi Trump yang mengatakan bahwa tidak ada hubungan antara kenaikan tarif dan pertumbuhan yang lebih lemah di kawasan ekonomi lain, termasuk Eropa.
Dalam menghadapi kebijakan proteksionis Trump, Lagarde menavigasi tantangan diplomatik dengan mempertahankan tatanan global yang ada tanpa menyinggung AS, yang merupakan pemegang saham terbesar IMF.
Kandidat potensial untuk menggantikan Lagarde termasuk Carstens, Gubernur Bank Sentral Inggris (BOE) Mark Carney, mantan Gubernur Bank Sentral India Raghuram Rajan dan Ketua Otoritas Moneter Singapura Tharman Shanmugaratnam.
Sementara itu, nama-nama seperti Kepala Eksekutif Credit Suisse Group AG Tidjane Thiam dan Mohamed El-Erian, mantan kepala eksekutif Pacific Investment Management Co. dan seorang kolumnis Bloomberg, telah dikaitkan dengan jabatan ini di masa lalu.
Akankah IMF melanjutkan tradisinya dengan merekrut calon dari Eropa? Beranikah IMF membuka peluang bagi calon potensial dari negara berkembang?
Sejak berdiri pada 1945, lembaga peminjam yang berbasis di Washington tersebut selalu dipimpin oleh seorang berkewarganegaraan Eropa. Ini menyiratkan bahwa IMF berada di bawah naungan Eropa sementara World Bank adalah ranah Amerika Serikat.
Pengaturan itu bertahan hingga awal tahun ini ketika mantan pejabat Departemen Keuangan AS David Malpass dipilih menjadi Ketua Bank Dunia.
Di sisi lain, beberapa negara telah mendorong perwakilan dari pasar negara berkembang untuk mengambil alih IMF guna mencerminkan peningkatan kekuatan yang dimiliki negara-negara seperti China dan India dalam ekonomi dunia.
Lagarde akan melepas tanggung jawabnya di IMF selama periode pencalonan. Wakil Direktur Pelaksana Pertama IMF, David Lipton akan menggantikan perannya di lembaga tersebut.
"Saya merasa terhormat telah dinominasikan untuk presiden ECB," kata Lagarde dalam sebuah pernyataan dikutip dari Bloomberg, Rabu (3/7/2019).
Proses pemilihan direktur IMF dilakukan oleh 24 anggota dewan direktur eksekutif yang mewakili negara-negara anggota. Mereka sudah disumpah bahwa pemilihan akan dilakukan berdasarkan prestasi dan suara konsensus.
Namun, pada kenyataannya, pada proses pemilihan direktur IMF terakhir, kesepakatan pertama kali dilakukan oleh pemerintah Eropa untuk kemudian disahkan oleh Amerika Serikat.
Tidak ada penolakan ketika Lagarde memasuki masa jabatan kedua pada 2016, namun persaingan di masa jabatan pertamanya, yakni pada 2011, cukup sengit.
Dengan jumlah suara yang lebih sedikit, negara-negara berkembang gagal untuk mengusung calonnya, membuka jalan bagi Lagarde untuk dengan mudah mengalahkan Agustin Carstens, yang saat itu menjadi gubernur bank sentral Meksiko.
Di IMF, Lagarde telah menandatangani beberapa bailout namun juga berusaha memberikan suara kepada negara-negara berkembang seperti China, sambil memberikan penekanan lebih besar pada isu-isu termasuk perubahan iklim dan pendapatan serta ketidaksetaraan gender.
Langkahnya telah membantu memperluas citra IMF di luar reputasinya sebagai penasihat anggaran dan kebijakan untuk meliberalisasi ekonomi negara.
Dia juga berulang kali mengutip perang dagang AS-China sebagai risiko utama bagi ekonomi global, pandangan yang bertentangan dengan administrasi Trump yang mengatakan bahwa tidak ada hubungan antara kenaikan tarif dan pertumbuhan yang lebih lemah di kawasan ekonomi lain, termasuk Eropa.
Dalam menghadapi kebijakan proteksionis Trump, Lagarde menavigasi tantangan diplomatik dengan mempertahankan tatanan global yang ada tanpa menyinggung AS, yang merupakan pemegang saham terbesar IMF.
Kandidat potensial untuk menggantikan Lagarde termasuk Carstens, Gubernur Bank Sentral Inggris (BOE) Mark Carney, mantan Gubernur Bank Sentral India Raghuram Rajan dan Ketua Otoritas Moneter Singapura Tharman Shanmugaratnam.
Sementara itu, nama-nama seperti Kepala Eksekutif Credit Suisse Group AG Tidjane Thiam dan Mohamed El-Erian, mantan kepala eksekutif Pacific Investment Management Co. dan seorang kolumnis Bloomberg, telah dikaitkan dengan jabatan ini di masa lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel