Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Soal Hambatan Tarif Kopi dan Keramik, RI-Filipina Sepakati Jalan Tengah

Indonesia dan Filipina sepakat untuk menempuh jalan tengah setelah kedua negara saling mengenakan hambatan perdagangan.
Petani memanen kopi arabika di Desa Mekarmanik, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Kamis (20/6/2019)./ANTARA-Raisan Al Farisi
Petani memanen kopi arabika di Desa Mekarmanik, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Kamis (20/6/2019)./ANTARA-Raisan Al Farisi
Bisnis.com, BANGKOK, THAILAND -- Indonesia dan Filipina sepakat untuk menempuh jalan tengah setelah kedua negara saling mengenakan hambatan perdagangan. 
 
Manila sejak tahun lalu mengenakan bea masuk special safeguard (SSG) terhadap kopi kemasan beberapa negara, termasuk Indonesia dengan tarif 10%-18%. Awal bulan ini, negara yang pernah dijuluki the Sick Man of Asia itu juga mengutip bea masuk safeguard atas impor keramik asal Indonesia hingga 30%.
 
Tindakan pengamanan perdagangan itu a.l. dilatarbelakangi oleh neraca perdagangan Filipina yang defisit terhadap Indonesia. Selain itu, Manila merasa Jakarta selama ini mengganjal pemasukan produk pertanian Filipina ke pasar Indonesia, seperti pisang cavendish, kelapa, dan bawang merah, dengan berbagai hambatan nontarif.
 
Komunikasi tetap dilakukan meskipun Indonesia sudah melayangkan notifkasi ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) tentang dasar penghitungan tarif SSG yang melebihi rata-rata harga impor kopi instan dan ekstrak kopi Filipina dari Indonesia.
 
Seusai melakukan pertemuan bilateral dengan Menteri Perdagangan dan Industri Filipina Ramon Lopez di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi Asean ke-34 di Bangkok, Thailand, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan Indonesia sepakat untuk membeli lebih banyak produk Filipina sejauh dibutuhkan. 
 
"Itu sudah dilakukan oleh Grup Mayora untuk membeli beberapa produk, seperti produk coconut dan yang lain, juga [Mayora] diminta untuk berinvestasi," kata Enggartiasto.
 
Menurut dia, Mayora sesungguhnya sudah layak berekspansi ke Filipina. Selain itu, pendirian pabrik Mayora di Filipina juga akan menguntungkan ekspor Indonesia karena Mayora tetap mendatangkan bahan baku dari Nusantara.
 
Indonesia dan Filipina juga sepakat membentuk tim kecil untuk saling meningkatkan perdagangan. Tim itu akan menyusun daftar produk yang dapat diekspor dan diimpor kedua belah pihak. Lebih substansial lagi, tim juga bertugas menyisir persoalan hambatan perdagangan yang dialami kedua belah pihak. 
 
Hasil kerja tim kecil ini akan dibicarakan kembali dalam business forum Indonesia-Filipina di Jakarta pada September.   
 
Soal apakah penurunan bea safeguard baru dilakukan Filipina setelah performa neraca perdagangan mereka membaik, Enggartiasto mengatakan tindak lanjut atas kesepakatan akan dilakukan secara paralel oleh kedua belah pihak.
 
"Namanya negosiasi, kita bilang ini keberatan kita. Tapi, kalau saling membalas terus, maka ini pasti enggak bagus dan menjadi hal yang negatif untuk Asean," kata Enggartiasto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper