Bisnis.com, JAKARTA - Kehadiran Alat Identifikasi Kayu Otomatis (AIKO) diharapkan dapat mendorong potensi perluasan produk hasil hutan kayu, dalam hal ini terkait pemanfaatan kayu tropis.
Adapun, AIKO merupakan teknologi berupa aplikasi mobile phone berbasis Android yang mampu mengidentifikasi kayu melalui gambar foto penampang kayu dalam beberapa detik.
Purwadi Soeprihanto, Direktur Eksekutif Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) menuturkan, selama ini proses identifikasi kayu memerlukan waktu yang cukup lama.
"Untuk kayu-kayu yang belum komersial proses identifikasinya bisa sampai 2 Minggu dengan menggunakan AIKO prosen identifikasi kayu kami dalam hitungan menit sudah dapat diidentifikasi," kata Purwadi kepada Bisnis, baru-baru ini.
Tak hanya cepat dalam proses pengindentifikasian kayu, tingkat akurasi dari hasil identifikasi kayu oleh AIKO sebesar 97%.
Data yang akan keluar dari proses Identifikasi tersebut berupa informasi nama ilmiah kayu, berat jenis kayu, kelas kuat kayu, kelas awet kayu, klasifikasi perdagangannya, dan rekomendasi penggunaan.
Potensi keakuratan data tersebut diharapkan Purwadi dapat memperluas potensi jenis-jenis kayu tropis yang dapat dimanfaatkan oleh pengusaha secara komersial.
"Penggunaan kayu tropis secara komersial yang saat ini [boleh dimanfaatkan] baru sekitar 25% dari total jenis- jenis kayu tropis yang ada sekitar 185.000 jenis, dengan AIKO diharapkan potensinya dapat lebih dioptimalkan dan potensial untuk pengembangan produk- produk dari jenis-jenis kayu baru," lanjutnya.
Dia mengatakan, 25% dari total jenis kayu tropis yang saat ini boleh dimanfaatkan oleh pengusaha tergantung pada jenis tumbuh pada fungsi hak pengusahaan hutan yang dimiliki.
Pada Hutan Alam jenis kayu tropis yang dapat dimanfaatkan diantaranya jenis Meranti, Bengkirai dan Merbau.
Kemudian, dari Hutan Tanaman jenis kayu yang dapat dimanfaatkan. diantaranya Akasia, Eukaliptus, Jabon, Jati dan Sengon.
Menurut data Ditjen Pengelolaan Hutan Produksi Lestari KLHK, realisasi produksi kayu bulat pada 2018 mencapai 48,73 juta m3 dengan kontribusi hutan tanaman (HT) mencapai 82,36% atau 40,13 juta m3 dan kontribusi hutan alam (HA) sebesar 17,64% atau 8,59 juta m3.
Tak hanya mendorong potensi perluasan pemanfaatan hasil hutan kayu, menurut Purwadi dengan alat AIKO proses lacak balak kayu atau wood tracking akan lebih mudah dilakukan sehingga sehingga dapat meminimalkan perdagangan kayu-kayu ilegal.
"Jadi, alat ini dapat memperkuat dan mendukung Sistem Verifikasi Legalitas Kayu [SVLK] yang diterapkan pemegang izin [konsesi pengusahaan hutan] ," tandasnya.
Dwi Sudharto, Kepala Puslitbang Hasil Hutan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengatakan, saat pihaknya mendorong penggunaan AIKO namun masih untuk kalangan terbatas.
Dia menambahkan, AIKO belum akan dilepas ke aplikasi Play Store untuk digunakan masyarakat secara umum.
"Menurut diskusi kami di tingkat internal, kami akan dorong penggunaannya namun terbatas pada lembaga yang terkait dengan proses lacak balak kayu misalnya Direktorat Jenderal Penegakan Hukum KLHK, Bea Cukai, Lembaga Sertifikasi dan sebagainya," katanya kepada Bisnis beberapa waktu lalu.
Untuk diketahui, Informasi jenis kayu AIKO terintegrasi dengan data dari Xylarium Bogoriense.
Xylarium Bogoriense merupakan perpustakaan kayu dengan jumlah spesimen otentik terbesar di dunia. Xylarium ini menyimpan sekitar 193.858 spesimen otentik.
Sebagai tempat dokumentasi koleksi keragaman jenis kayu Indonesia, Xylarium Bogoriense bermanfaat sebagai penunjang penelitian dan sumber informasi ilmiah jenis kayu mulai dari nama lokal, nama ilmiah, keragaman jenis, dan persebaran jenis kayu. Xylarium ini juga menjadi bahan rujukan utama dalam proses identifikasi kayu.
Xylarium Bogoriense didirikan sejak 1914 dan sudah diakui secara global sejak 1975 oleh International Association of Wood Anatomists (IAWA).