Bisnis.com, JAKARTA — Kondisi suhu ekstrem di berbagai belahan dunia meningkatkan kebutuhan energi secara tajam sepanjang tahun lalu.
Raksasa minyak British Petroleum mengingatkan bahwa dunia berpotensi mengalami kekalahan dalam upaya memerangi perubahan iklim.
Kepala Ekonom BP Spencer Dale seperti dilansir Reuters, Selasa (11/6/2017) mengatakan kendati pemanfaatan energi terbarukan seperti angin dan tenaga surya meningkat tajam, konsumsi minyak, gas, dan batubara yang terus bertumbuh menunjukkan bahwa secara umum, bauran energi tetap saja tak banyak berubah.
Peningkatan kebutuhan energi yang mencapai 2,9% pada 2018, menjadi yang tertinggi sejak 2010. Hal ini pun menjadi pukulan bagi upaya untuk bisa memenuhi Perjanjian Paris untuk menekan laju pemanasan global melalui penurunan emisi karbon secara drastis pada akhir 2020.
China, India dan Amerika berkontribusi sebesar dua per tiga bagian terhadap pertumbuhan kebutuhan energi. Kebutuhan di Amerika Serikat meningkat sebesar 3,5%. Pertumbuhan ini merupakan yang tercepat dalam 30 tahun terakhir.
Seiring dengan pertumbuhan kebutuhan energi, emisi gas rumah kaca yang disebabkan oleh pembakaran bahan bakar fosil, yang berkontribusi sebesar dua per tiga bagian dari total emisi, meningkat sebesar 2% tahun lalu.
"Jelas bahwa peningkatan emisi karbon yang tercepat sejak 2011 ini menunjukkan bahwa kita ada di jalur yang tidak stabil," kata Dale seperti dilansir Reuters.
Perusahaan yang berbasis di Lindon ini, berikut sejumlah pesaingnya menghadapi tekanan dari para investor dan aktivis iklim agar bisa memenuhi tujuan Perjanjian Paris.
Sejah dahulu, kebutuhan akan energi selalu dikaitkan erat dengan pertumbuhan ekonomi. Namun, meskipun terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi pada tahun lalu, nyatanya kebutuhan energi meningkat tajam di tengah suhu bumi yang tidak normal baik yang mengalaminsuhu tinggi maupun rendah, khususnya di China, Amerika, dan India.
Hal ini pun menyebabkan masyarakat harus menggunakan lebih banyak energi baik untuk menghangatkan maupun mendinginkan ruangan.