Bisnis.com, JAKARTA—Produsen meyakini permintaan produk susu ultra high temperature (UHT) ke depan prospektif seiring dengan peningkatan kesadaran akan kesehatan dan pendapatan masyarakat.
Muhammad Muthassawar, General Manager Public Relations PT Ultra Jaya Milk Industry & Trading Company Tbk., mengatakan bahwa hingga kini permintaan susu UHT dirasakan tetap kuat dan akan terus berlanjut ke depan. Hal ini disebabkan kesadaran akan kesehatan yang terus meningkat.
“Faktor masyarakat yang berpindah dan bekerja ke kota-kota besar sehingga pendapatan naik, juga mendorong permintaan susu UHT,” ujarnya, Senin (13/5/2019).
Menurutnya, ke depan pertumbuhan permintaan susu UHT setiap tahun angkanya berbeda, tetapi diharapkan satu digit lebih tinggi. Perkiraan ini sesuai dengan pertumbuhan konsumsi produk susu per kapita.
Dalam laporan tahunan, emiten dengan kode saham ULTJ ini menyatakan bahwa prospek pasar produk minuman susu cair masih sangat menjanjikan karena tingkat konsumsi susu cair di Indonesia masih rendah.
Dari informasi yang dihimpun Bisnis, konsumsi susu per kapita di Indonesia sekitar 11,09 liter susu per tahun. Angka ini masih rendah dibandingkan dengan negara tetangga, seperti Malaysia yang sebesar 50,9 liter per kapita per tahun dan Singapura sebesar 46,1 liter per kapita per tahun.
Hal senada juga disampaikan oleh produsen susu UHT Indomilk, PT Indolakto. Sonny Effendhi, Direktur Teknik dan Operasi Indolakto, bahkan lebih optimistis mengenai pasar susu UHT ke depan. Dia menuturkan market akan tumbuh dua digit 5 tahun ke depan.
“Peningkatan permintaan didorong oleh daily consumption dan perpindahan konsumen dari susu bubuk ke UHT karena lebih praktis dan juga lebih affordable,” jelasnya.
Untuk merebut pasar, perseroan fokus pada segmen susu untuk anak hingga dewasa. Sebelumnya, Sonny menyampaikan perusahaan berusaha mendorong ketersediaan bahan baku yakni susu segar. Saat ini industri susu nasional masih sangat tergantung pada impor yang diperkirakan mencapai 70% dari kapasitas yang diproduksi.
Produksi susu segar ini dilakukan dengan menggandeng para petani. Perusahaan membagikan sapi yang sedang hamil yang diimpor dari Australia. Petani tidak memiliki kewajiban mengembalikan sapi akan tetapi anak yang dilahirkan harus digulirkan ke petani lainnya.
Indolakto kemudian membeli susu dari koperasi yang mewadahi para petani ini. Sonny berharap pola ini dapat sukses sehingga terus menekan impor yang sangat besar.