Bisnis.com, JAKARTA - Industri batik nasional didorong agar menjadi sektor yang ramah terhadap lingkungan, melalui pilihan penggunaan bahan baku dan bahan penolong, sehingga makin berdaya saing.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan bahwa industri batik mulai memperkenalkan bahan baku baru seperti dari serat rayon atau memanfaatkan biji kapas sehingga tentunya dengan material baru ini menghasilkan produk yang lebih menarik dan kompetitif.
"Selain itu, penggunaan zat warna alam pada produk batik juga merupakan solusi dalam mengurangi dampak pencemaran dan bahkan menjadikan batik sebagai eco-product yang bernilai ekonomi tinggi,” ujarnya saat pembukaan pameran Gelar Batik Nusantara (GBN) 2019, Rabu (8/5/2019).
Dalam pembukaan GBN 2019 yang mengangkat tema “Lestari Tak Berbatas” tersebut, Menperin mengatakan bahwa pengembangan zat warna alam akan turut mengurangi importasi zat warna sintetik.
Di tengah persaingan global yang semakin kompetitif dan dinamis, preferensi konsumen terhadap produk ramah lingkungan terus meningkat. Batik warna alam hadir menjawab tantangan tersebut dan diyakini dapat meningkatkan peluang pasar.
“Untuk itu, saya mengimbau kepada seluruh perajin dan pelaku usaha batik yang hadir di sini untuk terus mengeksplorasi potensi zat warna alam yang kita miliki, sehingga dapat memperkaya ragam batik warna alam Indonesia, termasuk motifnya. Selain itu juga adanya kolaborasi desain, yang seperti memadukan dengan tenun,” imbuhnya.