Bisnis.com, JAKARTA – PT Pelabuhan Tanjung Priok, anak perusahaan PT Pelindo II (Persero), yakin dapat mempertahankan pendapatan meskipun tak lagi melayani bongkar muat peti kemas sejak bertransformasi menjadi operator terminal multipurpose sepenuhnya.
Perseroan pada 2018 mengantongi pendapatan Rp2,2 triliun setelah menangani berbagai jenis kargo nonpeti kemas di Tanjung Priok dan empat cabang lainnya, yakni Panjang, Bengkulu, Jambi, dan Banten. Produksi bongkar muat kargo nonpeti kemas PTP tahun lalu 22 juta ton yang terdiri atas kargo umum, curah kering, curah cair, bag cargo, dan lain-lain.
Transformasi dimulai pada semester II/2018 dengan mengalihkan pelayanan kargo peti kemas kepada PT IPC Terminal Peti Kemas (IPC TPK) yang diikuti dengan pengalihan penanganan kendaraan kepada PT Indonesia Kendaraan Terminal (IKT/IPC Car Terminal). Pengalihan layanan itu membuat PTP kehilangan dua pertiga pendapatannya.
"Shifting peti kemas membuat pendapatan kami kurang. Ini kami tutup dengan pendapatan dari multipurpose cabang," kata Direktur Utama PT Pelabuhan Tanjung Priok (PTP) Imanuddin dalam kegiatan Media Gathering, Jumat (3/5/2019).
PTP tahun ini akan mengelola multipurpose terminal di lima cabang lainnya, yakni Palembang, Pangkal Balam, Tanjung Pandan, Cirebon, dan Teluk Bayur. Dengan mengoperasikan penuh terminal multiguna di 10 cabang IPC, PTP memasang target throughput 56 juta ton dan omzet Rp2,4 triliun.
Imanuddin mengakui margin bisnis bongkar muat kargo nonpeti kemas tidak setinggi peti kemas.
Di samping itu, produktivitas kargo nonkontainer tidak setinggi kargo kontainer. Dia memberi gambaran, dengan produktivitas bongkar muat peti kemas 28 boks per crane per jam (BCH) dan berat rata-rata setiap muatan peti kemas 15 ton per boks, maka produktivitas bongkar muat peti kemas sama dengan 420 ton per jam. Angka itu dua kali lipat dari produktivitas bongkar muat kargo nonpeti kemas yang rata-rata hanya 200 ton per jam.
PTP berencana membangun tangki untuk CPO dan tempat penimbunan (stockpile) untuk batubara, pupuk, atau semen di beberapa cabang yang menjadi pusat konsolidasi kedua komoditas. Langkah ini diyakini dapat mempercepat layanan bongkar muat. Perusahaan mengalokasikan belanja modal Rp103 miliar a.l. untuk membangun tangki dan fasilitas stockpile di Muara Sabak (Jambi), Talang Duku (Jambi), dan Panjang (Lampung).
"Jadi, begitu kapal datang, langsung bisa tembak [muat ke kapal]," tutur Imanuddin.