Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Alasan IPC Rahasiakan Nama Pelabuhan Asing yang Akan Diakuisisi

Rencana akuisisi yang termasuk salah satu aksi korporasi sebaiknya tidak disampaikan kepada pihak lain.
Suasana bongkar muat peti kemas di Jakarta International Container Terminal, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (8/1/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Suasana bongkar muat peti kemas di Jakarta International Container Terminal, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (8/1/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) atau Indonesia Port Corporation (IPC) masih merahasiakan nama perusahaan maupun negara asal dari pelabuhan yang sedang diincar untuk akuisisi.


Direktur Transformasi dan Pengembangan Bisnis Ogi Rulino mengatakan rencana akuisisi yang termasuk salah satu aksi korporasi sebaiknya tidak disampaikan kepada pihak lain. Setiap pergerakan yang dilakukan, dikhawatirkan bisa mempengaruhi valuasi aset pelabuhan yang diincar.


"Kami tidak bisa menyampaikan secara gamblang bahwa akan mengakuisisi pelabuhan tertentu atau asal negaranya. Kalau sebutkan negara A, nanti bisa dicari mana pelabuhan yang potensial," kata Ogi kepada Bisnis, Kamis (2/5/2019).


Dia menjelaskan, perusahaan pelabuhan yang diincar jangan sampai mengetahui. Dampaknya, valuasi aset bisa berubah setelah diketahui akan diakuisisi pihak lain. 


Pihanya menuturkan, biasanya cara kerja perusahaan dalam mengincar perusahaan lain untuk diakuisisi, mirip seperti intelijen. Pihak lain tidak akan tahu apa saja yang dikerjakan sampai suatu saat diumumkan kepada publik. 


Kendati demikian, memang ada beberapa pelabuhan di negara lain yang sedang dipantau. Pemantauan mencakup dari situasi makro hingga detail mikro.


Dipastikan, hal pertama yang dilihat berawal dari kondisi negaranya dulu, bagaimana situasi politiknya, pertumbuhan ekonomi, aspek teknis dan hukum, maupun fluktuasi mata uang.


Setelah hal tersebut tuntas dan layak, masuk pada kondisi bisnis pelabuhan secara umum, seperti keseimbangan permintaan dan penawaran. Jangan sampai seperti Vietnam yang mengalami oversupply.


"Di sana mengalami oversupply karena banyak yang mendirikan pelabuhan di sungai dan tidak diatur oleh pemerintah. Dampaknya, terjadi perang tarif, sehingg investor akan kelabakan dalam mencari pendapatan," ujarnya.


Setelah itu, lanjutnya, baru masuk pada kondisi pada pelabuhan dan uji kelayakan untuk perusahaan yang diincar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper