Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Boeing Pangkas Produksi Jet 737

Boeing Co. akan mengurangi produksi jet sekitar 19% pada pertengahan April serta menyiapkan panel khusus untuk meninjau keselamatan dan desain pesawat. 
Logo Boeing/Reuters
Logo Boeing/Reuters

Bisnis, JAKARTA -- Boeing Co. akan mengurangi produksi jet 737 sekitar 19% pada pertengahan April 2019, serta menyiapkan panel khusus untuk meninjau keselamatan dan desain pesawat. 

Pengurangan ini akan menurunkan laju produksi menjadi 42 pesawat per bulan, dari laju produksi 52 pesawat per bulan saat ini.

Chief Executive Officer Boeing Dennis Muilenburg mengatakan, perusahaan berencana untuk berkoordinasi dengan pelanggan dan pemasok untuk meminimalisir dampak finansial dari perlambatan tersebut, dan untuk saat ini tidak ada rencana pemberhentian pekerja dari program 737.

"Ketika Max [737] kembali mengudara, kami berjanji kepada pelanggan dan penumpang serta kru maskapai bahwa keamanan pesawat kami sama dengan pesawat lain yang mengudara," kata Muilenburg dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip melalui Bloomberg, Minggu (7/4).

Boeing sebelumnya berencana untuk meningkatkan produksi 737, model andalan maskapai bertarif murah, sekitar 10% pada pertengahan 2019.

Pemasok yang menyediakan 600.000 suku cadang yang dibutuhkan untuk setiap pesawat sudah bersiap untuk memproduksi 57-jet setiap bulan dengan jadwal yang diatur secara hati-hati sebelum bencana Lion Air dan Ethiopian Airlines.

Pasca pernyataan Muilenburg tersebut usai penutupan pasar Jumat (5/4), saham Boeing turun 1,2% ke level US$387,14.

Dengan model pesawat 737 Max yang sekarang dilarang terbang tanpa batas waktu, pelambatan produksi akan membantu Boeing untuk menghemat uang.

Seth Seifman, analis J.P. Morgan mengatakan, perusahaan yang berbasis di Chicago  ini menghadapi kerugian mulai dari US$1,5 miliar hingga US$2,7 miliar per bulan akibat pembayaran uang muka yang terhenti dari pelanggan yang terkena dampak penagguhan pengiriman pesawat. 

Pengumuman dari Boeing ini datang sehari setelah pemerintah Ethiopia merilis aporan awal tentang kecelakaan bulan lalu, dimana disimpulkan bahwa pesawat mengalami kegagalan teknis yang sama seperti Lion Air 737 yang jatuh di Indonesia pada Oktober 2018. Dua insiden itu menewaskan total 346 orang.

Menteri Transportasi Ethiopia Dagmawit Moges merekomendasikan pada Kamis (4/4), agar Boeing meninjau sistem kontrol penerbangannya setelah merilis laporan yang menemukan pilot telah mengikuti prosedur yang tepat untuk melawan sistem anti-stall yang cacat di pesawat.

Muilenburg, mengatakan dia meminta direksi Boeing untuk membentuk sebuah komite untuk meninjau kebijakan perusahaan dan proses desain dan pengembangan pesawat terbang produksi Boeing.

Komite ini, yang diketuai oleh Pensiunan Laksamana Edmund Giambastiani Jr., akan mempelajari keamanan 737 Max dan program lainnya dan merekomendasikan perbaikan.

Boeing mengatakan pada 1 April bahwa akan diperlukan beberapa minggu sebelum pembaruan perangkat lunak untuk Max diserahkan kepada regulator.

Administrasi Penerbangan Federal AS (FAA) berjanji akan melakukan peninjauan yang ketat, sementara pihak berwenang di Eropa, Kanada, dan China berencana untuk melakukan analisis sendiri

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nirmala Aninda

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper