Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Perhubungan meminta PT Kereta Api Indonesia membentuk satuan tugas khusus untuk mengantisipasi gangguan cuaca ekstrem di kereta commuter.
Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi meminta PT KAI untuk membentuk tim khusus untuk mencari cara antisipasi menghadapi cuaca ekstrem yang sering mengganggu.
Hal tersebut dilakukan untuk merespons kondisi cuaca ekstrim hujan disertai petir yang melanda sejumlah daerah beberapa waktu belakangan ini.
Akibat kondisi ini mengakibatkan terganggunya operasional sejumlah moda transportasi termasuk Kereta Commuterline Jabodetabek yang beberapa kali mengalami gangguan persinyalan dan sistem kelistrikan sehingga berhenti beroperasi.
Kondisi tersebut berdampak langsung pada masyarakat pengguna Commuterline Jabodetabek yang harus menggunakan moda transportasi lain.
“Jangka pendek saya minta kepada PT KAI untuk membuat task force (satuan tugas/satgas) untuk menyelesaikan pekerjaan itu jadi secara khusus katakan berkaitan dengan petir sudah dibentuk suatu tim untuk menganalisa beberapa kejadian itu menyelesaikan dengan cara-cara teknis yang baik,” katanya, dalam keterangan resmi, Junat (5/4/2019).
Dia menilai kondisi prasarana perkeretaapian di Jabodetabek sudah cukup lama dan diperlukan pembaruan. Kondisi tersebut mendukung terjadinya gangguan operasional kereta dengan intensitas yang cukup sering.
“Beberapa hal yg kita dapat simpulkan bahwa peralatan (prasarana perkeretaapian) yang ada di Jabodetabek ini pada usia yang memang sedikit lanjut dan terdapat beberapa kejadian ekstrim baik itu cuaca, hujan maupun petir. Tim task force ini menyelesaikan hal-hal yang katakan berkaitan dengan rel, dan lain sebagainya pada titik-titik yang sudah diindikasikan bermasalah,” ucapnya.
Menhub menargetkan rencana jangka pendek ini harus dapat diselesaikan dalam waktu dekat. Terkait prasarana yang sudah termakan usia, Menhub memerintahkan pihaknya untuk berkoordinasi dengan PT KAI merencanakan investasi yang diperlukan pembaharuan prasarana seperti rel dan listrik aliran atas (LAA).
“Perbaikanya jangka pendek, 2 minggu sampai 1 bulan hal-hal itu selesai tapi ada lagi yang jangka menengah yang 6 bulan atau 1 tahun karena hal ini berkaitan dengan anggaran. Kita akan koordinasikan berapa anggaran dan apa saja yang mesti diinvestasikan,” ujarnya.
Dia berharap dengan adanya tim task force ini, jika ada kejadian terhambatnya operasional kereta commuterline Jabodetabek akibat cuaca ekstrim, dapat lebih diantisipasi sehingga tidak sampai mengganggu aktivitas masyarakat.