Bisnis.com, JAKARTA - Garuda Indonesia mengaku mulai bernegosiasi dan memberikan opsi dengan Boeing soal pesanan 49 unit B737 Max 8 pada pekan depan.
Direktur Utama Garuda Indonesia IGN Askhara Danadiputra mengaku telah mengeluarkan predown payment (PDP) sebesar US$26 juta kepada Boeing untuk pesanan 50 unit. Adapun, pesanan tersebut baru dikirimkan 1 unit dan saat ini dilakukan grounded.
"Mereka akan datang ke kantor kami pada 28 Maret 2019. Kami akan menyampaikan sejumlah opsi kepada mereka," kata Askhara kepada Bisnis, Kamis (21/3/2019).
Dia menambahkan opsi pertama adalah berupaya menegosiasikan PDP menjadi pengurang harga pada pesanan pesawat Boeing berikutnya. Menurut klausul kontrak pembelian pesawat, maskapai tidak bisa menarik PDP yang sudah disetorkan.
Pihaknya belum memutuskan jenis pesawat pengganti. Garuda hendak mengetahui opsi penggantian pesawat yang ditawarkan Boeing terlebih dulu.
Opsi kedua, lanjutnya, memutuskan untuk tidak melakukan pemesanan jenis Boeing pada masa mendatang. Namun, opsi ini ditempuh apabila opsi pertama gagal mencapai kata mufakat.
Kendati demikian, pria yang akrab disapa Ari Askhara ini optimistis Boeing akan mengupayakan opsi pertama. Garuda Group sebagai salah satu maskapai terbesar di Asia, yang memiliki kekuatan 251 unit pesawat, mampu menjadi nilai tawar lebih.
Dia mengaku belum menghitung potensi kerugian yang dialami sejak grounded sementara pada 11 Maret 2019. Adapun, grounded yang dilakukan hanya terhadap 1 unit, sedangkan maskapai mengoperasikan total 144 unit pesawat.
Di sisi lain, B737 Max 8 Garuda beroperasi untuk rute internasional. Pesawat pengganti yakni B737-800 NG digunakan untuk melayani rute ke Singapura dan Hong Kong. "Kami akan lihat berapa [kerugiannya]. Ini bisa menjadi bahan untuk negosiasi dengan Boeing," ujarnya.