Bisnis.com, JAKARTA - AirAsia memutuskan untuk menarik secara permanen penjualan penerbangannya dari agen perjalanan online Traveloka setelah maskapai itu dua kali hilang dari pilihan di aplikasi tersebut.
Penarikan diri itu bahkan mencakup semua rute penerbangan di seluruh jaringan AirAsia. Ini mengikuti hilangnya penerbangan AirAsia Indonesia dari Traveloka untuk kedua kalinya dalam 2 pekan terakhir.
Direktur Utama AirAsia Indonesia Dendy Kurniawan menuturkan bahwa pihaknya sudah memberikan surat elektronik resmi sebanyak 5 kali ke pihak agen perjalanan, sejak Sabtu (2/3/2019), tetapi tidak ada balasan resmi dari surat tersebut.
Dia menyebutkan, memang ada tanggapan berupa telepon melalui Head of Communications AirAsia pada Minggu (3/3/2019) malam. Namun, pembicaraan tersebut tidak mengubah keputusan AirAsia.
“Traveloka tidak bertindak dengan iktikad baik. Mereka menolak memberikan penjelasan resmi meskipun kami berulang kali berupaya mencari klarifikasi," jelasnya, Senin (4/3/2019).
Penarikan diri itu bahkan mencakup semua rute penerbangan di seluruh jaringan AirAsia. Ini mengikuti hilangnya penerbangan AirAsia Indonesia dari Traveloka untuk kedua kalinya dalam 2 pekan terakhir.
Direktur Utama AirAsia Indonesia Dendy Kurniawan menuturkan bahwa pihaknya sudah memberikan surat elektronik resmi sebanyak 5 kali ke pihak agen perjalanan, sejak Sabtu (2/3/2019), tetapi tidak ada balasan resmi dari surat tersebut.
Dia menyebutkan, memang ada tanggapan berupa telepon melalui Head of Communications AirAsia pada Minggu (3/3/2019) malam. Namun, pembicaraan tersebut tidak mengubah keputusan AirAsia.
“Traveloka tidak bertindak dengan iktikad baik. Mereka menolak memberikan penjelasan resmi meskipun kami berulang kali berupaya mencari klarifikasi," jelasnya, Senin (4/3/2019).
Dirut AirAsia Indonesia Dendy Kurniawan./Bisnis-Rinaldi M. Azka
Salah satu pertimbangan utama pencabutan tersebut adalah respons pertanyaan masyarakat di laman Instagram Traveloka yang dijawab dengan jawaban yang dinilai kurang menyenangkan.
"Kami mengamati melalui pesan media sosial bagaimana pelanggan yang bertanya tentang tidak tersedianya penerbangan AirAsia direkomendasikan oleh Traveloka untuk memesan dengan maskapai lain sebagai gantinya. Grup AirAsia menarik penjualan semua penerbangannya dari Traveloka dengan segera,” tegasnya.
Padahal, sumbangsih penjualan tiket melalui online travel agent (OTA) sebesar 20% sebagian besar berasal dari Traveloka.
Dia menambahkan, penumpang yang ingin membeli penerbangan AirAsia disarankan untuk memesan langsung dari situs resmi AirAsia atau aplikasi seluler AirAsia.
“Situs web dan aplikasi seluler airasia.com kami adalah alternatif yang lebih baik di mana wisatawan dapat memesan penerbangan dengan tarif terendah langsung dari kami dan menikmati diskon promosi hotel,” ungkapnya.
Penerbangan AirAsia pertama kali hilang dari Traveloka pada 14-17 Februari 2019, bertepatan dengan peningkatan sistem jaringan AirAsia pada 16 Februari 2019.
Traveloka mengutip downtime sistem 13 jam sebagai alasan untuk penerbangan AirAsia menghilang dari situs web mereka dalam menanggapi pertanyaan dari pelanggan.
Namun, penerbangan AirAsia menghilang dari Traveloka untuk kedua kalinya pada 2 Maret tanpa klarifikasi, jauh setelah keberhasilan peningkatan sistem oleh AirAsia.
Dia tidak khawatir keputusan tersebut akan mengurangi okupansinya, karena menurutnya penumpang sudah cukup pintar untuk beralih menggunakan travel agen atau ke situs resmi dalam membeli tiketnya.
Dendy menilai persaingan harus bebas dan adil untuk memastikan konsumen mendapat manfaat dari penawaran terbaik. Dengan demikian, ini seharusnya tidak dibiarkan adanya monopoli yang membunuh persaingan dengan mengorbankan publik yang bepergian.
Dia pun tidak berencana melaporkan peristiwa ini ke Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), tetapi dia meminta KPPU agar melihat sendiri bukti di lapangan.
Namun, penerbangan AirAsia menghilang dari Traveloka untuk kedua kalinya pada 2 Maret tanpa klarifikasi, jauh setelah keberhasilan peningkatan sistem oleh AirAsia.
Dia tidak khawatir keputusan tersebut akan mengurangi okupansinya, karena menurutnya penumpang sudah cukup pintar untuk beralih menggunakan travel agen atau ke situs resmi dalam membeli tiketnya.
Dendy menilai persaingan harus bebas dan adil untuk memastikan konsumen mendapat manfaat dari penawaran terbaik. Dengan demikian, ini seharusnya tidak dibiarkan adanya monopoli yang membunuh persaingan dengan mengorbankan publik yang bepergian.
Dia pun tidak berencana melaporkan peristiwa ini ke Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), tetapi dia meminta KPPU agar melihat sendiri bukti di lapangan.