Bisnis.com, JAKARTA -- Predikat sungai terkotor di dunia yang dilekatkan pada Sungai Citarum, Jawa Barat membuat pemerintah gencar membangun infrastruktur untuk memulihkan kondisi sungai sepanjang 300 kilometer itu.
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan penanganan Citarum perlu melibatkan seluruh pemangku kepentingan, mulai dari pemerintah pusat, pemerintah daerah (Pemda), hingga masyarakat. Dia menekankan pemulihan Citarum harus melibatkan beragam pendekatan dan tidak bertumpu pada spek teknis semata.
Kementerian PUPR menyatakan penanganan Citarum sudah berlangsung lama, antara lain lewat pengerukan sedimen sungai. Namun, dalam dua tahun terakhir, sedimentasi tetap terjadi karena dipengaruhi kondisi di hulu sungai.
"Itu bukti tidak bisa diselesaikan dengan pendekatan engineering saja,” papar Basuki dalam keterangan resmi yang diterima Bisnis, Rabu (20/2/2019).
Sebagaimana diketahui, Presiden Joko Widodo telah menerbitkan regulasi untuk mempercepat pengendalian pencemaran dan kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum. Regulasi tersebut tertuang dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 15 Tahun 2018 tentang Percepatan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Daerah Aliran Sungai Citarum.
Dia melanjutkan Kementerian PUPR mendukung program Citarum Harum lewat pengelolaan sumber daya air, pengelolaan limbah cair dan padat di sepanjang sungai, dan permukiman kembali masyarakat yang tinggal di bantaran maupun kawasan rawan banjir.
Baca Juga
Menurut Basuki, pihaknya juga mengerjakan beragam infrastrruktur fisik untuk penanganan banjir, antara lain terowongan Nanjung, kolam retensi di Cieunteung, dan saluran banjir di tiga sungai yang bermuara di Citarum.
Di samping itu, Kementerian PUPR meningkatkan kapasitas Citarum di bagian hulu dan normalisasi empat anak sungai. Sebanyak 266 buah check dam sebagai pengendali sedimen juga dibangun, yang mana saat ini sudah terbangun 146 buah.
Secara khusus, Basuki juga meninjau pembangunan terowongan Nanjung di Kabupaten Bandung. Terowongan ini dibangun untuk memperlancar aliran sungai Citarum di Curug Jompong.
Terowongan tersebut pun berfungsi mengurangi genangan di Kecamatan Dayeuh Kolot dan sekitarnya. Terowongan ini dikerjakan oleh kontraktor KSO PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. dan PT Adhi Karya (Persero) Tbk. dengan anggaran sebesar Rp352 miliar.
“Dua tunnel tersebut memiliki panjang masing-masing 230 meter dengan progres 21%, dan akan rampung Desember 2019. Kedua terowongan akan bisa ditembus pada Juni 2019,” jelasnya.
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum Bob Arthur Lambogia menambahkan kolam retensi di Cieunteung juga sudah terlihat ampuh mengurangi genangan. Dia menyebut kolam retensi membuat genangan hilang dalam 1 hari dari sebelumnya 4-5 hari.
Kolam tersebut pun akan dilengkapi 4 pompa berkapasitas 12,5 m3.
Dalam pengelolaan limbah, Kementerian PUPR akan membangun Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Komunal dan memberdayakan masyarakat dalam pengelolaan sampah melalui Program Tempat Pengolahan Sampah Reduce, Reuse dan Recycle (TPS3R).