Bisnis.com, JAKARTA - PT Antam Tbk. akhirnya memutuskan untuk tidak memilih satu pun calon mitra yang sebelumnya tengah diseleksi untuk pembangunan smelter di Sorong, Papua Barat.
Dalam beauty contest untuk menentukan mitra tersebut, tinggal tersisa dua calon yang berasal dari China dan FIlipina. Namun, keduanya dianggap belum memenuhi persyaratan.
Direktur Utama Antam Arie Prabowo Ariotedjo mengatakan ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi calon mitra untuk ikut membangun smelter yang rencananya berkapasitas 40.000 ton nikel (TNi) per tahun tersebut. Pertama, bisa menguasai pasar. Kedua, memiliki teknologi atau berpengalaman dalam pengoperasian smelter. Ketiga, memiliki kemampuan finansial yang mumpuni.
Sebagai tambahan, calon mitra tersebut harus rela menjadi minoritas dalam kepemilikan saham proyek tersebut. "Unfortunately kita enggak ada titik temu di antara dua calon itu, sehingga dengan begitu kami drop," ujarnya, Rabu (10/2/2019).
Dengan demikian, lanjutnya, Antam akan jalan sendiri terlebih dahulu untuk melakukan studi kelayakan (feasibility study/FS) yang akan berlangsung tahun ini. Setelah itu, baru dilakukan pencarian kontraktor.
"Kalau pada waktunya ada strategic partner yang memang bisa memenuhi kriteria atau persyaratan yang diminta oleh Antam, ya kita bisa JV [joint venture]," tuturnya.
Sebelumnya, Antam melalui anak usahanya PT GAG Nikel (GAG) telah memproduksi bijih nikel di Pulalu Gag, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat, yang direncanakan bakal menjadi pemasok utama bahan baku smelter di Sorong. Berdasarkan laporan 2014, sumber daya nikel saprolit sejumlah 188,3 juta wet metric ton (wmt), sedangkan sumber daya nikel limonit berjumlah 170,4 juta wmt.