Bisnis.com, JAKARTA - Pengamat menilai keberhasilan penawaran Bandara Singkawang terhadap investor bergantung pada aktivitas perdagangan intra Kalimantan.
Gerry Soedjatman, Sekretaris Jaringan Penerbangan Indonesia, mempertanyakan alasan pemerintah menerapkan skema KPBU terhadap bandara tersebut kendati Indonesia membutuhkan banyak bandara. Singkawang dinilai menjadi pintu gerbang bagi wilayah pedalaman (hinterland) Kalimantan Barat.
"Namun, skala pasarnya menjadi tanda tanya. Kalau aktivitas ekonomi perdagangan intra Kalbar jalan, Singkawang bisa ramai penerbangannya, kalau tidak ya akan sangat susah dijual konsepnya ke investor," kata Gerry, Selasa (19/2/2019).
Dia menambahkan aktivitas perdagangan tersebut bergantung kepada upaya maksimal dari pemerintah daerah setempat untuk mencari pengembangan di sektor lain. Biasanya, investor pemain besar Kalbar sendiri yang lebih memahami soal potensi daerah tersebut.
Pihaknya menilai potensi penerbangan akan lebih banyak untuk rute domestik, khususnya intra Kalimantan. Adapun, rute internasional pada tahap awal kemungkinan tidak banyak yakni hanya ke Kuching.
Sebelumnya, Kementerian Perhubungan akan segera mencari investor yang berminat mengembangkan Bandara Singkawang di Kalimatan Barat guna mendukung target pembangunan terlaksana pada 2020.
Pada tahap pertama, bandara ini akan memiliki landas pacu (runway) 1.400m x 30m, dengan luas landas hubung (taxiway) 199m x 18m, dan luas landas parkir pesawat (apron) 160m x 70m. Pada tahap ini bandara baru bisa melayani pesawat sejenis ATR 72 berkapasitas di atas 70 penumpang.
Pada tahap kedua, pembangunan terus dilakukan secara bertahap, hingga runway memiliki panjang 2.600 meter, agar bisa melayani pesawat jenis Boeing 737 dengan kapasitas 200 penumpang.