Bisnis.com, JAKARTA - Kawasan Ekonomi Khusus pariwisata di Mandalika Lombok membutuhkan pendanaan senilai Rp4,54 triliun untuk pembangunan dan pengembangan destinasi wisata dari tahun 2018 hingga 2026.
Direktur Keuangan dan Strategi Korporat Nusantara Suyono Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) mengatakan dana yang dibutuhkan itu di luar penyertaan modal negara (PMN) yang disuntikan senilai Rp250 miliar pada 2015.
"Kondisi keuangan ITDC tak memungkinkan untuk menanggung kewajiban pembiayaan untuk pembangunan proyek itu jika keseluruhan project cost dibiayai oleh ekuitas ITDC," ujarnya dalam Media Brief ITDC, Selasa (19/2).
Adapun karakter sumber pendanaan yang diperlukan yakni tenor pinjaman jangka panjang, pembiayaan untuk pembangunan infrastruktur, tingkat suku bunga rendah, pelunasan pinjaman structured amortization scheme dengan grace period atau masa tenggang sehingga tak membebani kondisi keuangan perusahaan dalam jangka waktu tertentu.
"Maka sumber pendanaan yang paling optimal adalah fasilitas pinjaman lunak dari multinational development bank," katanya.
Salah satu hutang yang diterima yakni fasilitas pembiayaan dari Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) dalam perjanjian fasilitas pembiayaan Mandalika Urban & Tourism Infrastructure Project (MUTIP) senilai US$248,4 juta atau setara Rp3,6 triliun dengan tenor 35 tahun dan tingkat suku bunga 6 bulan + 1,4% per tahun.
Pembiayaan MUTIP ini merupakan pembiayaan pertama dengan jumlah terbesar secara mandiri yang dilakukan AIIB di Indonesia. Dalam skala global, MUTIP merupakan pembiayaan pertama AIIB bagi kegiatan pembangunan infrastruktur pariwisata.