Bisnis.com, JAKARTA – Pelaku usaha sektor perhotelan mengeluhkan mahalnya tiket pesawat dan kebijakan bagasi berbayar yang berdampak pada okupansi hotel.
Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Republik (PHRI) Sulawesi Anggiat Sinaga mengatakan biaya tiket pesawat yang tinggi dan bagasi berbayar sangat berdampak pada sektor perhotelan di Makassar.
"Biayanya harga tiket Jakarta ke Makasar maupun sebaliknya hanya Rp800.000 sekali jalan tetapi sekarang Rp2 juta hanya sekali jalan," ujarnya dalam Rapimnas PHRI di Jakarta pada Sabtu (9/2).
Mahalnya tiket pesawat ini membuat hotel di Makassar melakukan sales mission di Jakarta yang menyasar ke kementerian.
Para pejabat di kementerian ini memberikan statement agar jangan melakukan perjalanan dan acara di Makassar dan Indonesia bagian timur karena biaya yang tinggi dan mobilisasi yang sulit dibandingkan dengan di Jawa.
"Ini daerah dibuat susah gerak. UMKM juga susah gerak karena wisatawan juga dari Makassar juga bawa oleh-oleh. Tentu sekarang mereka mikir untuk bawa oleh-oleh karena pasti kena bagasi dan bayar Rp600.000," tuturnya.
Baca Juga
Sinaga berharap pemerintah dapat memberikan solusi terbaik agar kebijakan ini tak memberatkan pelaku usaha sektor usaha perhotelan dan industri kreatif.
Hal yang sama juga dikeluhkan Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DKI Jakarta Krishandi yang menuturkan juga terjadi penurunan okupansi pada awal tahun ini bila dibandingkan dengan tahun lalu akibat tiket yang mahal dan bagasi berbayar.
"Tentu tak hanya Sulsel yang kena imbas akibat harga tiket mahal dan bagasi berbayar. Di Jakarta juga terasa dimana tamu-tamu bintang 5 juga mengurangi perjalanan ke Jakarta karena tiket yang mahal," ucapnya.
Dia berharap dalam Rakernas PHRI pada Senin (11/2/2019) permasalahan tiket pesawat dan bagasi berbayar ini memperoleh titik temu yang win-win solution bersama dengan pemerintah dan segenap pemangku kepentingan.