Bisnis.com, JAKARTA -- Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menyatakan bahwa pemerintah saat ini kembali memutuskan untuk membuka keran impor jagung hingga tak terbatas kuota, guna menjaga stabilitas harga komoditas tersebut dipasaran.
Pasalnya, harga jagung di pasaran saat ini yang masih di kisaran Rp6000/kg dinilai masih terpaut jauh dari pada harga refrensi jagung yang ditetapkan pemerintah pada kisaran Rp4.000/kg.
Sementara itu, permintaan jagung dari para peternak ayam petelur maupun pedagang juga masih tinggi sehingga mereka meminta pemerintah untuk dapat impor jagung guna menurunkan harga di pasaran tersebut.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menegaskan bahwa meskipun tidak dipatok besaran plafon impor jagung yang didatangkan, tetapi komoditas tersebut harus sudah masuk ke Tanah Air maksimal pertengahan Maret sebelum tiba musim panen raya jagung pada akhir Maret dan April 2019.
"Kami memberikan plafon terserah Bulog, sesuai kebutuhan, Anda boleh impor tapi ndak boleh masuk lebih dari pertengahan Maret 2019, supaya nanti jangan ada jagung impor dan jagung dalam negeri pas panen tiba," tegas Menko Darmin, Selasa (29/1/2019) petang.
Menurut Darmin, yang dimaksudkan dengan plafon tak terbatas adalah penentuan besaran jumlah jagung yang akan diiimpor ditentukan oleh Perum Bulog sesuai dengan kebutuhan jagung di lapangan.
"Jadi kalau hanya bisa impor 100.000 ton, ya segitu, atau kalau kurang dari itu sudah mencukupi ya berarti kurang dari itu. Pokoknya batasnya pertengahan Maret harus sudah masuk terakhir," tegasnya di Kemenko.
Mantan Gubernur BI tersebut mengakui bahwa keran impor jagung tersebut terpaksa dibuka lantaran harga komoditas itu di pasaran dinilai masih terlalu tinggi sehingga menyulitkan para peternak ayam, meskipun sejak setahun lalu pemerintah juga telah melakukan impor jagung beberapa kali.
Seperti diketahui bahwa pada 2018, pemerintah menetapkan impor jagung sebesar 100.000 ton, kemudian pada awal tahun ini ditambah 30.000 ton lagi sehingga total telah mencapai 130.000 ton jagung.
Menurut Menko Darmin, impor jagung sebanyak 130.000 ton tersebut saat ini juga telah habis terdistribusikan ke pada para peternak ayam petelur maupun pedagang di Tanah Air.
"Iya impor jagung tambah lagi. Tapi jangan dilihat berkali-kalinya, tapi kenapa perlu impor jagung. Ini kan kita tahu sudah impor tapi kok harga jagung masih tinggi, nah justru itu kita impor lagi untuk mengendalikan harga di pasaran ini," ujarnya.
Darmin menerangkan bahwa keputusan impor jagung pada 2018 sebesar 100.000 ton tersebut lantaran atas dasar laporan pada saat itu bahwa kondisi jagung di Tanah Air akan segera panen dan apabila panen akan terjadi surplus.