Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kinerja Karet 2018: Ekspor Melempem, Produksi Naik Tipis

Di tengah produksi yang naik, ekspor karet asal Indonesia justru mengalami penurunan sepanjang 2018 dibandingkan dengan 2017.
Petani memanen getah karet di Banyuasin, Sumatra Selatan, Selasa (8/1/2019)./Antara-Nova Wahyudi
Petani memanen getah karet di Banyuasin, Sumatra Selatan, Selasa (8/1/2019)./Antara-Nova Wahyudi

Bisnis.com, JAKARTA — Di tengah produksi yang naik, ekspor karet asal Indonesia justru mengalami penurunan sepanjang 2018 dibandingkan dengan 2017.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Moenardji Soedargo mengatakan, sepanjang 2018, produksi karet naik menjadi 3,77 juta ton dari 3,62 juta ton pada 2017. Sementara itu, pada tahun lalu ekspor justru terkoreksi menjadi 3,09 juta ton dari 2017 yang mencapai 3,27 juta ton.

“Kenaikan produksi tahun lalu disebabkan karena sepanjang 2017 harga karet relatif baik, sehingga petani banyak yang meningkatkan produksinya untuk 2018. Tetapi harga karet pada 2018 justru anjlok, sehingga ini menjadi kerugian tersendiri bagi petani,” ujarnya, Selasa (8/1/2019).

Adapun, turunnya ekspor karet pada 2018 dari tahun sebelumnya disebabkan oleh tertahannya ekspor karet pada 2016. Menurutnya, skema  Agreed Export Tonnage Scheme (AETS)  yang diterapkan oleh International Tripartit Rubber Council (ITRC) pada 2016 dilakukan dalam rentang waktu yang panjang.

Kala itu skema AETS yang berbentuk pembatasan kuota ekspor dari negara anggota ITRC dilakukan dari Maret-Desember 2016. Akibatnya, para eksportir karet menggelontorkan ekspornya pada 2017. Terlebih pada 2017, AETS hanya digelar selama tiga bulan mulai Januari-Maret.

“Hal itu yang membuat pada 2017 ekspor kita terlihat lebih tinggi dibandingkan dengan 2018,” lanjutnya.

Sementara itu, lanjut Moenardji,  pada 2018 ekspor mengalami penurunan karena adanya penurunan harga karet internasional yang salah satunya disebabkan oleh isu kelebihan pasokan karet global. Padahal, menurutnya, isu kelebihan pasokan global tersebut tidak tepat lantaran menurut ITRC pasokan karet di pasar internasional cenderung stabil.

Untuk itu, dia berharap dalam pertemuan negara anggota ITRC yakni Indonesia, Thailand dan Malaysia pada 19-20 Januari mendatang, dapat memunculkan program baru yang dapat mendongkrak harga  dan ekspor karet negara anggota.

Terpisah, menurut Ketua Umum Dewan Karet Indonesia (Dekarindo) Azis Pane, harga karet global tengah mengalami tren positif sepanjang awal tahun ini. Hal itu disebabkan oleh pernyataan ITRC dalam pertemuan di Putrajaya, Malaysia Desember lalu.

Kala itu ITRC menyatakan, neraca suplai dan permintaan karet alam saat ini masih menunjukkan keseimbangan yang sehat. Selain itu ITRC mengklaim harga karet global sepanjang 2018 lebih banyak dikendalikan oleh para spekulan.

“Harga sejak awal tahun ini sudah cukup bagus pergerakannya. Maka dari itu kami harap pertemuan ITRC pertengahan bulan ini bisa memunculkan program kerja yang baik, supaya sentimen positif terhadap harga karet ini berlanjut,” jelasnya.

Adapun, berdasarkan data Bloomberg, harga karet global pada Selasa (8/1) mencapai 181,70 yen/kilogram (kg), naik 0,10 poin atau 0,06% dari hari sebelumnya. Tren kenaikan harga karet global terjadi sejak 28 Desember 2018. Kala itu harga karet global mencapai 170,20 yen/kg. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper